Konflik sebagai Agen Perubahan Organisasi
Dalam teori perubahan organisasi, konflik sering kali menjadi sinyal adanya ketidaksesuaian antara cara kerja yang ada dan kebutuhan masa kini. Lewin's Change Management Model menempatkan konflik pada fase pertama perubahan, yaitu "unfreezing", di mana konflik mendorong organisasi untuk mempertanyakan status quo dan mencari cara-cara baru untuk beradaptasi.
Sebagai contoh, ketika perusahaan media menghadapi konflik antara generasi tua yang mengutamakan metode tradisional dan generasi muda yang mendorong digitalisasi, konflik ini dapat mengarah pada transformasi yang membuat perusahaan lebih relevan dengan tuntutan pasar modern.
Kesimpulan
Konflik dapat menjadi katalisator perubahan jika dikelola dengan baik. Dari contoh Apple, IBM, Starbucks, dan Pixar, terlihat bahwa konflik yang ditangani secara efektif dapat mendorong inovasi, memperkuat strategi, dan menciptakan perbaikan berkelanjutan dalam organisasi.Â
Pemetaan konflik, pemahaman yang mendalam tentang dinamika konflik, dan penerapan strategi manajemen yang tepat adalah kunci untuk menjadikan konflik sebagai agen perubahan yang kuat. Sebagaimana dinyatakan oleh Warren Bennis, "Pemimpin hebat tidak menghindari konflik, mereka menggunakannya untuk mendorong perubahan."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI