7. Singkong: Tanaman Tahan Kering dengan Nilai Ekonomis Tinggi
Singkong (Manihot esculenta) adalah tanaman umbi yang kaya karbohidrat dan mudah tumbuh di berbagai kondisi lahan, termasuk daerah yang kurang subur dan rentan kekeringan. Per 100 gram singkong mengandung 38 gram karbohidrat, menjadikannya sumber energi yang baik.
Menurut FAO, Indonesia adalah salah satu produsen singkong terbesar di dunia. Singkong telah lama digunakan sebagai makanan pokok di berbagai wilayah seperti Jawa dan Sulawesi. Singkong dapat diolah menjadi gaplek, tiwul, tepung tapioka, hingga berbagai makanan ringan seperti keripik.
Prof. Joko Purwanto, ahli agroekonomi, menyatakan bahwa pengembangan singkong sebagai sumber pangan alternatif dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani di pedesaan dan mengurangi ketergantungan pada beras.
Fakta dan Data: Penurunan Produksi Beras Nasional
Fakta menunjukkan bahwa produksi beras nasional Indonesia mengalami penurunan tiap tahun. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 32,5 juta ton, turun dari 34 juta ton pada tahun 2021. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim, serangan hama, dan pengurangan luas lahan pertanian.
Sebagai akibat dari penurunan produksi beras ini, Indonesia terpaksa melakukan impor beras dari negara lain, termasuk Vietnam, Thailand, dan India. Pada tahun 2023, Indonesia mengimpor sekitar 1,5 juta ton beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, menunjukkan bahwa ketergantungan pada beras impor semakin meningkat.
Prof. Dwi Andreas Santosa juga menyatakan bahwa "diversifikasi pangan melalui pemanfaatan bahan pangan lokal yang melimpah menjadi sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada beras dan menjamin ketahanan pangan nasional."
Kesimpulan
Diversifikasi pangan melalui pemanfaatan talas, keladi, sagu, sorgum, jagung, ubi jalar, dan singkong merupakan langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia. Selain kaya akan nutrisi, bahan pangan lokal ini juga lebih ramah lingkungan dan memiliki potensi ekonomi yang besar. Melalui dukungan kebijakan, inovasi teknologi pangan, dan edukasi kepada masyarakat, pengembangan pangan alternatif ini bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada beras dan menciptakan sistem pangan yang lebih berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H