Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tawuran Remaja : Bukti Nyata Kegagalan Pendidikan Karakter

11 Oktober 2024   10:41 Diperbarui: 11 Oktober 2024   10:52 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlu Pembenahan Serius dalam Pendidikan Karakter

Fenomena tawuran remaja memanggil kita untuk melakukan refleksi mendalam tentang pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter tidak hanya dapat diserahkan kepada sekolah; keluarga dan masyarakat harus mengambil peran aktif dalam membentuk nilai-nilai positif bagi generasi muda. Dr. Arief Rachman, seorang pakar pendidikan, menyatakan bahwa pendidikan karakter harus diajarkan secara konsisten dan berkesinambungan, baik di sekolah, rumah, maupun lingkungan sosial. Jika satu elemen gagal, maka karakter yang terbentuk akan lemah dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif.

Sekolah perlu mengintegrasikan pendidikan karakter secara lebih komprehensif, tidak hanya melalui mata pelajaran formal, tetapi juga dalam setiap aktivitas sehari-hari. Program bimbingan konseling dan pendidikan anti-kekerasan harus diperkuat. Pendidikan karakter harus menanamkan nilai-nilai seperti toleransi, empati, kontrol diri, dan resolusi konflik tanpa kekerasan. Contohnya, di Singapura, pendidikan moral menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah, di mana siswa diajarkan untuk memahami pentingnya integritas dan tanggung jawab sosial. Singapura telah membuktikan bahwa pendidikan karakter yang kuat bisa menciptakan generasi yang disiplin dan minim kekerasan.

Keluarga, sebagai lingkungan pendidikan pertama, juga harus lebih waspada dan proaktif. Orang tua perlu memberikan perhatian lebih pada perkembangan emosi dan pergaulan anak-anak mereka. Pendidikan karakter yang dimulai dari rumah akan sangat menentukan bagaimana seorang anak bersikap di masyarakat. Di Norwegia, pendekatan pendidikan berbasis keluarga sangat kuat. Orang tua dilibatkan secara aktif dalam perkembangan moral anak melalui berbagai program parenting yang mendukung pembentukan karakter positif.

Di era digital, peran media dan platform online juga tidak bisa diabaikan. Konten-konten yang mempromosikan kekerasan harus dibatasi, dan sebaliknya, media harus mulai mendorong kampanye positif yang mengedukasi remaja tentang dampak buruk kekerasan dan pentingnya penyelesaian konflik secara damai.

Masa Depan Bergantung pada Generasi yang Berkualitas

Tawuran remaja adalah cerminan dari rendahnya pendidikan karakter di Indonesia, sebuah fenomena yang tidak boleh kita anggap remeh. Setiap nyawa yang hilang dalam tawuran adalah kerugian besar bagi masa depan bangsa ini. Oleh karena itu, membangun generasi yang berkualitas harus menjadi prioritas utama. Pendidikan karakter harus menjadi fondasi dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan moral.

Di tangan generasi muda yang berintegritas dan memiliki karakter yang kuat, Indonesia akan mampu menghadapi tantangan global dengan lebih baik. Namun, tanpa itu, kita hanya akan mewarisi generasi yang terus mengulang siklus kekerasan dan kehancuran. Mengutip Ki Hajar Dewantara, "Pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia," dan tanpa pendidikan karakter, kita gagal dalam misi fundamental ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun