Meski banyak yang percaya sepenuhnya pada mitos, ada juga kelompok masyarakat Yunani, khususnya para filsuf, yang lebih skeptis terhadap kebenaran literal dari cerita-cerita ini. Filsuf seperti Xenophanes dan Plato meragukan keberadaan dewa-dewa sebagaimana digambarkan dalam mitos. Xenophanes, misalnya, mengkritik antropomorfisme dalam mitologi Yunani---cara dewa-dewi diperlakukan seperti manusia dengan kelemahan dan kesalahan yang sama. Plato juga dalam dialognya mengungkapkan pandangan bahwa mitos-mitos sering kali terlalu fantastis dan tidak harus dipercaya secara harfiah, meskipun dia mengakui bahwa mereka bisa mengandung kebenaran filosofis yang lebih dalam.
Biagi sebagian masyarakat, mitos tidak selalu harus diterima secara harfiah, tetapi bisa dianggap sebagai alegori atau simbol yang mengandung kebenaran moral dan etis. Misalnya, kisah Icarus yang terbang terlalu dekat dengan matahari sering diambil sebagai pelajaran tentang bahaya kesombongan, terlepas dari apakah mereka percaya bahwa Icarus benar-benar ada atau tidak. Dengan demikian, ada lapisan kepercayaan yang berbeda, di mana mitos dipahami secara simbolis dan fungsional
Mitos Yunani, sama seperti mitos dari bangsa lain, mengajarkan bahwa meskipun zaman berubah, pertanyaan-pertanyaan dasar tentang asal-usul, kehidupan, dan nasib tetap relevan bagi manusia sepanjang masa. Mereka menawarkan panduan moral, inspirasi, dan kebijaksanaan yang terus mempengaruhi kita hingga saat ini, menjadikan legenda-legenda ini sebagai warisan yang tak lekang oleh waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H