John Dewey, filsuf pendidikan terkenal, berpendapat bahwa pembelajaran terbaik dimulai dengan pertanyaan yang muncul dari minat siswa sendiri. Pembelajaran berbasis pertanyaan ini melibatkan siswa dalam proses berpikir kritis dan memecahkan masalah melalui eksplorasi dan investigasi.
Di Singapura, metode Inquiry-Based Learning diterapkan dalam mata pelajaran sains dan matematika. Siswa diajak untuk menemukan jawaban melalui eksperimen dan penelitian, yang tidak hanya melibatkan mereka secara aktif, tetapi juga menumbuhkan kemampuan berpikir kritis yang mendalam.
3. Belajar Melalui Diskusi
Diskusi kelompok atau debat adalah metode efektif untuk melatih berpikir kritis. Melalui diskusi, siswa belajar mendengar pendapat orang lain, membandingkan argumen, dan mengemukakan pendapat mereka dengan alasan yang logis. Diskusi ini juga membantu siswa memahami bahwa ada berbagai perspektif yang bisa diambil terhadap suatu isu.
Metode Socratic questioning, yang dikembangkan oleh filsuf Yunani Socrates, mengajarkan bahwa diskusi adalah alat penting dalam mengasah pemikiran kritis. Dengan terus-menerus mempertanyakan asumsi dan argumen, siswa diajak untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
Di Amerika Serikat, program Advanced Placement (AP) Seminar mendorong siswa untuk terlibat dalam diskusi kritis tentang isu-isu global. Diskusi yang dipimpin oleh siswa ini memungkinkan mereka untuk mengasah kemampuan dalam mengkritisi dan mengevaluasi argumen yang beragam.
4. Pemecahan Masalah (Problem-Based Learning)
Memberikan tantangan atau masalah yang harus diselesaikan mendorong siswa untuk berpikir kritis. Misalnya, dalam pelajaran matematika atau sains, guru dapat memberikan soal yang membutuhkan proses berpikir lebih mendalam daripada hanya menghafal rumus. Dalam konteks sosial, siswa dapat diberi skenario masalah nyata dan diajak berdiskusi bagaimana cara menyelesaikannya.
Howard Barrows, yang memperkenalkan konsep Problem-Based Learning (PBL), percaya bahwa siswa belajar lebih baik ketika dihadapkan pada masalah nyata. Melalui proses ini, siswa tidak hanya belajar materi pelajaran, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang relevan.
Di Belanda, Universitas Maastricht menerapkan metode PBL yang menekankan kolaborasi antar siswa dalam memecahkan masalah kompleks. Siswa diberikan studi kasus nyata yang harus mereka pecahkan, yang mendorong mereka untuk berpikir kritis dan inovatif.
5. Mendorong Refleksi : Merenungkan Kembali  Apa yang Telah DipelajariÂ