2. Menggunakan Data dan Fakta untuk Mendukung Argumen
Setelah premis yang kuat, langkah berikutnya adalah mendukung argumen kita dengan data dan fakta. Ini seperti menambahkan dinding dan atap pada fondasi rumah yang sudah kokoh. Data dan fakta memberikan kekuatan pada argumen kita dan membuatnya lebih sulit dipatahkan.
Teori
Menurut Stephen Toulmin, seorang filsuf yang mengembangkan teori logika praktis, argumen yang kuat harus terdiri dari klaim, alasan, dan bukti. Tanpa bukti yang mendukung alasan kita, klaim yang kita buat hanya akan terlihat seperti opini semata. Toulmin menyarankan agar setiap argumen yang kita buat didukung dengan bukti yang relevan dan dapat diverifikasi.
Contoh Kasus
Katakanlah kita berdebat soal efektivitas telecommuting atau bekerja dari rumah. Jika kita hanya berkata, "Bekerja dari rumah lebih efektif," lawan debat akan dengan mudah meminta kita untuk membuktikannya. Tapi kalau kita mendukung argumen kita dengan bukti seperti, "Menurut penelitian yang diterbitkan oleh Stanford, produktivitas pekerja meningkat 13% saat bekerja dari rumah," lawan akan kesulitan untuk membantah klaim kita karena kita sudah menyajikan bukti konkret.
Dalam kasus lain, jika kamu berdebat tentang perubahan iklim, kamu bisa mengutip data dari organisasi ilmiah seperti IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang mengatakan bahwa perubahan iklim memperburuk bencana alam. Data ini memberi bobot lebih pada argumen kamu dan menunjukkan bahwa kamu tidak hanya beropini, tetapi juga berbasis pada fakta.
3. Struktur Argumen yang Jelas
Argumen yang baik adalah argumen yang terstruktur dengan baik. Kita tidak bisa asal melemparkan klaim dan berharap lawan debat atau audiens akan langsung setuju. Struktur yang jelas membantu audiens mengikuti logika argumen kita dan memahami mengapa kesimpulan kita valid.
Teori
Struktur argumen yang baik bisa dibagi menjadi tiga bagian: klaim, alasan, dan bukti. Klaim adalah pernyataan utama yang ingin kita sampaikan, alasan adalah mengapa klaim kita valid, dan bukti adalah dukungan konkret untuk alasan tersebut. Model ini, yang diperkenalkan oleh Toulmin, membantu kita menyusun argumen secara terorganisir.