Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertambangan yang Membabi Buta, Kita Akan Mewariskan Lingkungan Hidup yang Rusak untuk Anak Cucu Kita

10 September 2024   15:54 Diperbarui: 17 September 2024   11:45 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah, telah menjadi salah satu negara penghasil mineral terbesar di dunia. Mulai dari batubara, nikel, timah, hingga emas, kekayaan ini telah mendorong laju pembangunan ekonomi yang pesat. 

Namun, di balik pertumbuhan ekonomi tersebut, terdapat dilema besar yang mengancam masa depan: kita tidak sedang menyisakan sumber daya alam untuk anak cucu kita, melainkan mewariskan alam yang rusak. Dilema ini semakin nyata ketika kita melihat dampak buruk pertambangan yang merusak lingkungan dan keberlanjutan kehidupan generasi mendatang.

Kerusakan Lingkungan yang Tak Terhindarkan

1. Deforestasi dan Kehancuran Ekosistem

Pertambangan di Indonesia telah menyebabkan hilangnya jutaan hektar hutan tropis setiap tahunnya. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), antara tahun 2010 hingga 2023, Indonesia telah kehilangan lebih dari 23 juta hektar hutan alam. 

Deforestasi besar-besaran ini sebagian besar disebabkan oleh pembukaan lahan untuk tambang batubara dan mineral lainnya. Hutan yang rusak ini tidak hanya kehilangan nilai ekosistemnya, tetapi juga memusnahkan habitat satwa liar dan keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya.

2. Polusi Air dan Tanah

Salah satu dampak terbesar dari pertambangan adalah pencemaran air dan tanah. Limbah tambang yang mengandung bahan kimia beracun, seperti merkuri dan sianida, telah mencemari sungai-sungai dan lahan pertanian di berbagai wilayah. 

Data dari WALHI (2023) menunjukkan bahwa 70% dari sungai di Kalimantan dan Sumatra telah tercemar oleh aktivitas pertambangan. Ini tidak hanya merusak ekosistem air, tetapi juga memengaruhi kehidupan masyarakat yang menggantungkan hidup pada air sungai tersebut.

3. Perubahan Bentang Alam dan Risiko  Bencana

Penggalian tambang skala besar mengubah topografi tanah, yang seringkali meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Contoh nyata terlihat di Kalimantan Timur, di mana lubang-lubang bekas tambang yang tidak direklamasi menjadi "bom waktu" bagi penduduk sekitar. Setiap tahun, ada laporan tentang korban yang jatuh ke dalam lubang tambang terbuka yang dibiarkan begitu saja oleh perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun