Apabila berita tersebut tidak kita cermati atau teliti dan langsung kita "share" ke rekan-rekan atau ke pengguna media sosial lain juga jadi ikut percaya, itu bisa jadi bahaya besar ! sebab isi berita hoax yang merugikan tersebut bisa membuat image / reputasi seseorang menjadi jelek.
3. Menyebarkan fitnah
Selain reputasi buruk yang terbentuk, fitnah pun bisa tercipta melalui berita hoax yang tersebar.
4. Menyebarkan informasi yang salah
Baiknya kita jangan langsung percaya dari judul / isi yang terkesan ilmiah juga, harusnya terlebih dahulu kiat cek sumber dan keaslian sumber dari pada berita tersebut. Jangan sampai kita malah jadi gagal informatif.
Dampak hoax bisa saja lebih dari keempat dampak yang sudah disebutkan diatas, berita atau informasi yang unsurnya hoax tidak semata mengenai reputasi pihak korban yang dijadikan hoax, namun banyak hal kompleks lainnya yang disebabkan oleh hoax.
Mengedukasi Siswa, Keluarga, Kolega untuk memerangi Hoax
Selain dari pihak pemerintahan dibutuhkan lapisan lainnya untuk mengajak masyarakat lebih 'melek' terkait berita hoax, untungnya gerakan-gerakan anti hoax kini juga ikut bergerak mengedukasi masyarakat yang dimana bergerak melalui sosial media, serta dibutuhkannya media yang konsisten untuk memberikan berita yang akurat. Untuk memerangi hoax diperlukan peran aktif dari berbagai lapisan masyarakat, sehingga hoax dapat diatasi dengan efektif dan tidak berpengaruh terhadap sikap masyarakat serta mengganggu kehidupan masyarakat. Pendidik merupakan bagian dari elemen masyarakat memiliki tanggung jawab dan peran yang penting dalam memerangi hoax dengan cara mengedukasi siswa di sekolah, keluarga, kolega dan masyarakat.
Satuan pendidikan merupakan tempat yang strategis dalam memerangi hoax bagi pelajar. Sekolah dapat menyusun program edukasi penolakan berita hoax yang terintegrasi pada setiap mata pelajaran, guru dapat menyisipkan berita hoax yang berkembang dengan membandingkan informasi secara teoritis dan fakta, sehingga siswa langsung dapat menganalisis perbandingan antara fakta dan opini yang tersebar. Dengan demikian, siswa dapat mengambil keputusan bahwa apa yang disebarkan dalam media sosial itu tidak asal diterima, melainkan harus dipilah melalui proses ilmiah (diamati, dipertanyakan kebenarannnya, dicari faktanya, dianalisis, baru disimpulkan dan menjadi keputusan).
Mengenai hoax, ada baiknya baik salah satu maupun keseluruhan anggota keluarga yang melek internet berperan sebagai penangkal atau hoax buster. Jadi, mereka sebagai tempat konsultasi anggota keluarga ketika mendapati hoax lewat media sosial atau aplikasi pesan instan. Tak kalah penting adalah cara penyampaiannya. Karena, bisa saja yang mendapati hoax adalah orang yang lebih tua. Anggota keluarga yang menjadi penangkal hoax harus bisa melakukan pendekatan tanpa terkesan menggurui atau terkesan tidak sopan. Lebih dari itu sapatutnya lah kita memberikan suatu pemahaman yang lebih luas terkait informasi hoax ini.
Adapun beberapa hal terkait edukasi anti hoax dapat dilaksanakan meluai beberapa kegiatan dalam lingkungan sekolah diantaranya :