Setibanya di Leh, tour guide kami menyarankan beristirahat full seharian untuk penyesuian fisiologis atau adaptasi terhadap lingkungan baru. Apalagi suhu saat itu mencapai 9 derajat celcius.
Ponyo Guest House adalah tempat yang kami pilih untuk stay di Leh dengan harga yang cukup terjangkau (Rate Rp 200.000-an per 2 malam/orang). Pemiliknya sangat ramah dan helpfull (Makci Rikzin dan Wangdu) dengan lokasi yang sangat strategis. Begitu buka jendela kamar dan balkon maka kita bisa menikmati pemandangan pegunungan Himalaya dan gunung salju lainnya.
Karena terlalu bersemangat dengan view dan suasananya kami pun kegirangan dan nggak mau berhenti foto-foto dan keliling Guest House bahkan sampai ke rooftop.
Alhasil dua di antara kami tumbang dan merasakan gejala Acute Mountain Sickness (AMS) hingga muntah-muntah. Suhu dingin tapi merasa gerah dan kepanasan. Salah satu solusinya adalah perbanyak minum air dan istirahat. Yes ISTIRAHAT bukan berkeliaran.
- CITY TOUR
Hari ke-2 di Leh kami manfaatkan untuk jalan-jalan santai sahaja. Berkunjung ke Shanti Stupa, lalu mampir ke Prayer Flag, menuju Leh Main Bazar, Rancho's School (3 idiot school) dan kembali ke penginapan untuk mengurus permitted.
- ROAD TRIP
Ok, this is our real journey. Perjalanan dari Leh melintasi Khardung-La yang merupakan jalan tertinggi di dunia yang dapat dilalui kendaraan. Jalan ini terletak di dataran tinggi yang diselimuti salju, dengan ketinggian 5.610 meter di atas permukaan laut.
Karena oksigen yang sangat menipis di daerah ini, kita hanya boleh mampir sekitar 15 menit saja. Setelah itu melanjutkan perjalanan menembus gunung-gunung salju dengan jalanan berkelok yang memacu adrenalin. Dan di sinilah prahara perjalanan kami dimulai, di mana beberapa di antara kami kembali merasakan gejala AMS hingga muntah berjamaah (termasuk saya).
Sebenarnya saya sudah niat untuk membagikan cerita-cerita yang menyenangkan saja, biarlah prahara itu kami simpan sendiri, whahahahaha. Namun saya rasa cukup penting untuk membagikan pengalaman berharga ini. Entah apa sebabnya (kurang makan, kurang excercise, dll) sehingga hal tersebut terjadi.
Saya sebenarnya sudah berusaha menahan sekuat tenaga dan nggak mau bilang ke teman yang lain hingga pada akhirnya cucuran air mata itu pun mengalir membasahi pipihh dan Oeee Oeeeee (red: muntah) di tengah jalan... Wahahahaha. Ah, jadi berasa makhluk paling lemah di jagad rayaahh.
Saat itu saya benar-benar kayak mau sakaratul maut. Nafas udah di ujung tanduk, nggak pernah sesesak ini, dan saya merasakan badan saya membeku dari ujung kaki ke ujung rambut.