Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Balik Pintu Cokelat Gelap Itu

1 Oktober 2018   23:23 Diperbarui: 1 Oktober 2018   23:25 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"B-baiklah, Pak." Ani bergegas kembali ke kebun, dengan Pak Armand yang menatapnya curiga. Kemudian lelaki itu kembali ke ruang kerjanya dan terus mengetik.

--- *** ---

Malam itu, rasa penasaran akhirnya berhasil menguasai Ani. Ketika Pak Armand tertidur di kamarnya, Ani mengendap-endap ke lantai dua. Dia membuka pintu dan memasuki ruangan.

Seorang gadis kecil sedang tidur di ranjang. Dia tampak sangat cantik dan damai, rambut hitamnya terurai di bantal putih.

Ani membungkuk untuk melihat. Wajah gadis kecil itu sangat pucat. Apakah dia sakit?

Sepasang mata merahnya terbuka. Ani tersentak dan melompat mundur.

Pintu di belakangnya terbanting menutup.

--- *** ---

Pak Armand menatap layar komputernya. Sudah lewat tengah malam. Dia harus menyelesaikan iklan penawaran pekerjaan sebelum mengirimnya lewat email ke surat kabar.

Dari kamar di lantai dua, dia bisa mendengar teriakan mengerikan Ani. Kemudian suara gadis kecil itu, yang memanggil dengan suara nyanyian yang tinggi dan halus:

"Pa-paaa, aku bo-saaan. Dia tidak mau main sama a-kuuu ..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun