Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Balik Pintu Cokelat Gelap Itu

1 Oktober 2018   23:23 Diperbarui: 1 Oktober 2018   23:25 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: https://unsplash.com/photos/NVc5po_BEHI oleh. Clem Onojeghuo

Tetapi Pak Armand akan membayar sejumlah besar gaji bulanannya, beserta fasilitas tambahan. Yang pasti semua akan lebih dari cukup untuk menyokong hidup keluarganya di desa. Kedua saudara laki-laki dan perempuannya masih bersekolah.

Ani memutuskan untuk menyalakan televisi sepanjang hari. Itu akan membantu. Itu harus.

--- *** ---

Hari kedua. Ani tidak bisa tidur semalam. Dia terus mendengar suara seorang anak bernyanyi di rumah itu, lalu tawa genit. Dia bahkan tidak yakin itu hanya mimpi. Suara itu telah membuatnya merinding.

Di pagi hari, semuanya terlihat normal. Setelah menyelesaikan lantai pertama - sekarang tak bernoda - Ani terkejut mendapati dirinya tidak merasa lelah sama sekali, jadi dia merawat kebun kecil itu.

Saat itulah, Ani melihat tirai dari salah satu jendela di lantai dua ditarik. Selama sepersekian detik di sana, matanya menangkap wajah seorang anak di baliknya.

"Hei!" Sambil menjatuhkan alat berkebunnya, Ani berlari kembali ke rumah dan langsung ke lantai dua. Dia hendak menyentuh kenop pintu ketika Pak Armand tiba-tiba berteriak di belakangnya:

"SUDAH KUBILNG JANGAN COBA BUKA PINTU ITU!"

Seraya melompat mundur karena kaget, Ani berbalik untuk menghadap majikannya yang sekarang marah. Tidak hanya itu, dia melihat sesuatu yang lain di mata beliau. Rasa takutkah?

"Sa-saya pikir saya lihat-"

"Kamu tidak melihat apa-apa," beliau menggeram, memamerkan gigi bernoda nikotinnya. "Sekarang, KEMBALI BEKERJA!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun