Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Who is He?"

25 November 2017   17:56 Diperbarui: 25 November 2017   18:08 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Use your own!"I ordered roughly. "If that profile still exists in an hour, both of you'd better watch out!"

Without making a fuss, the two who were supposed to be my best friends rushed back to their respective cubicles.

Okay, I know they meant well. According to them, I have been single for a very long time. (Way too long,according to them.) I'm not even interested in dating sites. I'm afraid that I might come across weirdos. You know, the kind that seems perfect online, until you meet them face to face...eeww...

Sometimes Indonesians are too nosy for their own good. Okay, perhaps they're happy because they have someone special or a partner. But that doesn't mean the single ones always suffer, right? I can find someone my own when I want to. If they'd had good intentions, then at least they should've asked me first before creating that dreadful profile of mine on that dating site. Ugh...

When I checked that website again, my name and picture were gone. Good. Now I feel much better...

--- // ---

Okay, whose number is this? Why does it keep giving me missed calls on my Whatsapp and asking me to meet up?

I don't feel I'm that popular, so I chose to ignore it. But hey, why were these messages becoming more impolite and rude?

"You don't know who I am, do you?"

"How could you forget after we have chatted for so many times?"

"What's the matter? I'm not good enough for you?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun