Saya pun berkeliling dan terkesima dengan masyarakat pada desa tersebut yang sangat mahir menenun. Rumah adatnya juga unik, alasnya terbuat dari tanah dengan campuran kotoran kerbau. Seminggu sekali mereka mengepel lantai rumah itu dengan campuran tadi. Para laki-laki tidur diluar dan para wanita tidur di dalam rumah. Terdapat juga sebuah rumah yang digunakan untuk menyimpan padi, dibuat sedikit agak tinggi dari tanah supaya tikus tidak bisa masuk dan menghabisi simpanan pangan mereka.
Hujan turun saat itu, sembari saya berteduh dan menikmati nasi campur di sebuah warung dekat desa Sasak, saya merencanakan mau kemana saya setelah ini. Tak perlu waktu lama untuk berpikir, saya akhirnya menuju pesisir selatan dimana terdapat banyak pantai yang menyegarkan mata. Pilihan pertama saya adalah pantai Selong Belanak. Pantai ini dipenuhi oleh para wisatawan mancanegara yang ingin belajar berselancar. Pantai dengan air hijau kebiruan, diapit bukit besar, berpasir halus ini memang tepat jika dijadikan tempat belajar dikarenakan ombaknya yang tidak terlalu sulit ditaklukan.
Pantai berikutnya yang saya datangi adalah pantai Kuta Lombok. Daya tariknya dari pantai ini adalah ayunan yang disediakan oleh pihak pengelola pantai. Sangat bagus ketika matahari tenggelam dan kita berpose di ayunan tersebut bersama pasangan kita. Sangat romantis. Tak lama setelah itu, saya memutuskan untuk pulang. Esoknya, saya pergi ke daerah utara Pulau Lombok, mendekati Gunung Rinjani.Â
Air Terjun adalah tujuan saya saat ini, Lombok memang terkenal dengan keindahan pantai dan pulaunya, tetapi Lombok juga punya air yang tak kalah indah. Air terjun tersebut bernama Benang Stokel, tarif masuknya Rp. 10.000, dari pintu masuk, saya masih harus trekking sejauh 300an meter. Melelahkan memang, tetapi ketika sampai, kelelahan tersebut terbayar dengan indah dan sejuknya air terjun tersebut.
Perjalanan saya pun telah usai, berbagai tempat indah yang menjadi hidden paradise sudah saya datangi. Sudah saatnya untuk pulang ke rumah, mengembalikan tenaga, bertemu keluarga, menabung lagi, karena perjalanan selanjutnya sudah ada di ujung kepala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H