Geng ini bukan seperti organisasi siswa yang formal seperti OSIS dan sejenisnya, apabila dilihat dari fungsinya. Ada pula geng yang dibuat semata-mata untuk menunjukkan jatidirinya, yang acapkali terjadi di sekolah-sekolah biasa.Â
Padahal, sekolah merupakan salah satu tempat pembentukan karakter anak di samping lembaga keluarga, sebagai unit terkecil dalam sebuah struktur sosial.Â
Di sekolah, anak tidak hanya diajarkan dengan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat akademis, seperti keterampilan menulis, berhitung, membaca, dan bahasa asing, namun anak juga diajarkan tata krama (kalau di Jawa disebut dengan unggah-ungguh) kepada orang yang lebih tua.Â
Orang berpendidikan dan berharta belum tentu beretika
Mau apapun sekolahnya, apalagi masuk sekolah elit, belum tentu memiliki attitude yang baik. Walaupun ia mendapat nilai antara 85-100 dalam berbagai mata pelajaran, belum tentu beradab dan memahami etika (unggah-ungguh).Â
Begitupula jika orang itu mendapatkan kekayaan dengan jumlah yang menggunung dan berasal dari keluarga pejabat, belum tentu orang itu memiliki adab atau unggah-ungguh.Â
Tentu masih teringat dengan kejadian pengeroyokan yang dilakukan oleh anak seorang pejabat pajak di Jakarta Selatan, yang menyasar anak dari pengurus GP Ansor, yaitu David Ozora, yang terjadi pada bulan Februari 2023 lalu.Â
Ayahnya, Rafael Alun Trisambodo, merupakan salah satu kepala kantor pajak di kawasan itu. Hal itu kemudian menjadi bahan pembicaraan para netizen saat itu, yang beramai-ramai mengecam kasus pengeroyokan tersebut.Â
Selain Mario Dandy, terdapat berbagai macam kasus serupa seperti pengeroyokan yang dilakukan oleh anak dari seorang mantan perwira tinggi polisi dan seorang seleb TikTok bernama Satria Mahathir, yang biasa dipanggil sebagai 'cogil' ini.Â
Penganiayaan ini terjadi pada malam pergantian tahun, yaitu tanggal 31 Desember 2023 lalu. Dalam penganiayaan tersebut, anak dari seorang anggota DPRD Kepulauan Riau ini menjadi korban.Â