Mohon tunggu...
Rubeno Iksan
Rubeno Iksan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah S1 di Universitas Negeri Semarang

Pena lebih tajam daripada pedang

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Artikel Utama

Pleburan, dari Pusat Pendidikan hingga Kuliner Malam

24 November 2023   12:47 Diperbarui: 27 November 2023   21:30 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warung makan sepanjang Jalan Hayam Wuruk, Pleburan. Dahulu, warung-warung tersebut merupakan primadona bagi mahasiswa Undip. (Dok. pribadi)
Warung makan sepanjang Jalan Hayam Wuruk, Pleburan. Dahulu, warung-warung tersebut merupakan primadona bagi mahasiswa Undip. (Dok. pribadi)

Ketika Universitas Diponegoro memutuskan untuk mengembangkan kawasan perbukitan Tembalang menjadi sebuah kawasan pendidikan tinggi terpadu pada awal tahun 90an, dapat dikatakan bahwa roda perekonomian di Undip Pleburan masih tetap berjalan. 

Hanya saja, geliat perekonomian di kawasan itu tidak seperti di kawasan Tembalang. Sejak tahun 1988, setelah Polines (kala itu masih bernama Politeknik Universitas Diponegoro) dibangun, mulai bermunculan usaha kos-kosan di kawasan Banjarsari dan gang dekat Polines. Apalagi, jarak dari kawasan Banjarsari ke kawasan pendidikan Tembalang tidak terlalu jauh. 

Bahkan, saat proses relokasi kegiatan akademik untuk program sarjana dan vokasi ke kawasan Tembalang yang dilakukan secara bertahap, secara berangsur-angsur para perantau dari luar Semarang atau Jawa Tengah mulai membuka usaha di kawasan tersebut, mulai usaha kos-kosan, makanan dan minuman (FnB), toko kelontong, dan lain-lain. 

Sementara, bagi warga asli Tembalang yang sudah hidup bertahun-tahun dan beranak-pinak di sana, mau tak mau harus beralih profesi, yang sebelumnya berprofesi sebagai petani, tentu harus beralih ke sektor jasa maupun perdagangan. Bagi yang tidak beruntung, bisa-bisa mereka berakhir menjadi pengangguran. 

Seiring perkembangan zaman, kawasan Tembalang dapat dikatakan mampu merebut takhta dari Pleburan dalam berbagai aspek, seperti kos-kosan. 

Akibatnya, harga tanah di sekitar Tembalang (terutama Banjarsari) naik beberapa kali lipat, bahkan harganya tidak sampai ratusan juta per meter persegi. Sementara, di Pleburan, dampak ekonomis yang dirasakan tidak terlalu signifikan.

Karena pada saat ini, kawasan Simpang Lima dan Pleburan identik dengan pusat kuliner malam (alias tidak lagi menjadi pusat pendidikan), meskipun jumlah warung makan sederhana yang masih bertahan sudah mulai berkurang, yang mengakibatkan omzet tukang parkir di sekitar Undip Pleburan turun sedikit demi sedikit. 

Pleburan boleh saja terlupakan sebagai 'episentrum' pendidikan bagi generasi saat ini. Namun, Pleburan bisa bertahan dengan kuliner malamnya yang menjadi 'magnet' bagi warga Semarang serta posisinya sebagai tempat di mana kampus pascasarjana Undip berdiri. 

Jika Pleburan tidak memiliki 'magnet' seperti kuliner malam, bisa saja kawasan itu sepi pengunjung sehingga geliat perekonomian kawasan tersebut seolah hilang terlekang waktu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun