Mohon tunggu...
Rubeno Iksan
Rubeno Iksan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah S1 di Universitas Negeri Semarang

Pena lebih tajam daripada pedang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Soekarno Begitu Didewakan di Indonesia?

12 Juli 2023   19:25 Diperbarui: 12 Juli 2023   19:27 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditarik ke masa Demokrasi Liberal, tepatnya pada tahun 1953, Soekarno menentang pemberlakuan syariat Islam di Aceh dalam pidatonya di Amuntai, sehingga menimbulkan protes dari kalangan Islam, termasuk Nahdlatul Ulama. 

Soekarno justru menginginkan agar Aceh disatukan dengan Sumatra Utara yang mayoritas Kristen Protestan, yang memunculkan pemberontakan dari Daud Beureueh yang sebelumnya berjuang bersama Soekarno. Dengan adanya peristiwa tersebut, timbul kesan bahwa Soekarno mengkhianati rakyat Aceh. 

Epilog

Setiap manusia ada kekurangan dan kelebihan, begitulah seharusnya sejarawan menilai seseorang namun sesuai dengan fakta yang ada. Ketika menilai Soekarno, perlu ada perbandingan juga dari jasa dan dosanya. Namun, demi kepentingan nasionalisme dan patriotisme, dalam buku-buku pelajaran sejarah, fakta sejarah tersebut sengaja tidak dimuat. 

Menurut Asvi Warman Adam dalam buku 'Pelurusan Sejarah Indonesia', penghilangan fakta sejarah demi nasionalisme sudah dilakukan oleh Jepang, terutama yang terkait dengan kejahatan perang mereka di Asia Timur dan Tenggara, di samping glorifikasi sejarah seperti di Indonesia. 

Maka tidak heran, dalam buku pelajaran sejarah, tidak ada fakta sejarah yang berkaitan dengan lembaran hitam bangsa Indonesia. Yang ada hanya glorifikasi Soekarno dan Soeharto, perjuangan militer, Boedi Oetomo sebagai pelopor kebangkitan nasional, dan RA. Kartini sebagai pelopor persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun