Di era revolusi industri keempat, kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu teknologi paling berpengaruh dalam mengubah cara manusia bekerja dan berbisnis. Namun, tidak semua perubahan yang dibawa AI diterima dengan tangan terbuka. Beberapa pihak mengklaim bahwa AI dapat "mensabotase" perekonomian. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan sabotase AI, dan seberapa jauh kebenarannya?
1. Meningkatkan Efisiensi, Menghapus Lapangan Kerja
AI telah menggantikan pekerjaan manusia di berbagai sektor, seperti manufaktur, layanan pelanggan, dan transportasi. Misalnya, robot otomatis di pabrik dapat menghasilkan produk dengan kecepatan dan akurasi yang jauh lebih tinggi daripada tenaga kerja manusia. Namun, di sisi lain, hal ini menyebabkan pengangguran massal, terutama di kalangan pekerja dengan keterampilan rendah.
Menurut laporan McKinsey Global Institute, hingga tahun 2030, sebanyak 400 juta pekerjaan di seluruh dunia dapat digantikan oleh AI. Pengurangan lapangan kerja ini sering kali dianggap sebagai "sabotase" terhadap ekonomi berbasis tenaga kerja tradisional.
2. Manipulasi Pasar oleh Algoritma AI
Di dunia keuangan, AI memainkan peran penting dalam analisis data dan perdagangan saham. Namun, beberapa ahli khawatir bahwa algoritma perdagangan otomatis dapat menyebabkan volatilitas pasar yang ekstrem. Pada tahun 2010, sebuah peristiwa yang dikenal sebagai "Flash Crash" terjadi, di mana pasar saham AS kehilangan hampir $1 triliun dalam hitungan menit akibat kesalahan dalam algoritma perdagangan.
Ketergantungan berlebihan pada sistem AI dalam pengambilan keputusan keuangan juga meningkatkan risiko manipulasi pasar. Pelaku kejahatan siber dapat meretas algoritma untuk memanipulasi harga saham atau mata uang.
3. Monopoli Teknologi oleh Raksasa AI
Perusahaan besar seperti Google, Amazon, dan Microsoft memimpin dalam pengembangan teknologi AI. Dominasi mereka menciptakan ketimpangan ekonomi yang semakin lebar, di mana sebagian besar keuntungan terkonsentrasi pada segelintir pihak. Situasi ini mengancam keberlangsungan bisnis kecil dan menengah, yang sulit bersaing dalam hal akses teknologi dan sumber daya.
4. AI dan Disinformasi Ekonomi
AI juga digunakan untuk menciptakan disinformasi, seperti berita palsu atau manipulasi data ekonomi. Teknologi deepfake, misalnya, dapat digunakan untuk menyebarkan laporan palsu yang dapat memengaruhi kepercayaan pasar atau menggerakkan opini publik secara tidak sehat.