Mohon tunggu...
Rubaila Nachla Aliya H.
Rubaila Nachla Aliya H. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Pekalongan

Saya seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pentingnya Fogging dalam Mencegah Nyamuk Aedes Aegypti

21 Januari 2025   01:31 Diperbarui: 21 Januari 2025   01:35 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan virus dengue (arbovirus) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes betina terutama Aedes Albopictus atau Aedes Aegepty. Virus ini memiliki 4 serotipe yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Manusia akan terinfeksi setelah diinfeksi oleh  nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus DENV.

Penyakit DBD sering muncul dan berkembang di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembab. Indonesia merupakan salah negara tropis di Asia tenggara dengan suhu, kelembaban dan curah hujan relatif tinggi. Penyakit ini dapat menyebabkan demam tinggi, pendarahan, penurunan tekanan darah, hingga kerusakan organ jika tidak ditangani dengan baik. DBD seringkali terjadi pada musim hujan, ketika tempat-tempat yang bisa menampung air menjadi sarang bagi nyamuk penyebar virus.

Sejak tahun 2013 sampai dengan 2023 jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD cenderung mengalami fluktuasi, walaupun sedikit penurunan terjadi pada tahun 2017 (434) dan 2018 (440). Berdasarkan Permenkes Nomor 13 Tahun 2022, salah satu indikator Rencana Strategis tahun 2020-2024, yaitu persentase kabupaten/kota yang memiliki IR DBD ≤ 10 per 100.000 penduduk. Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, terdapat 111 kabupaten/kota (21,59%) yang mencapai IR DBD ≤ 10 /100.000 penduduk. Data tersebut menunjukkan bahwa target program tahun 2023 sebesar 85% kabupaten/kota dengan IR DBD ≤ 10 per 100.000 penduduk belum tercapai

Perkembangan nyamuk 

Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari suhu dan kelembaban udara di sekelilingnya. Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 m dari tempat perkembangbiakannya.

Karakterisitik ( ciri ciri ) nyamuk dbd

Siklus hidup nyamuk penular DBD (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) adalah dari telur kemudian menetas menjadi jentik (larva) kemudian berkembang menjadi pupa yang selanjutnya menjadi nyamuk dewasa. Perkembangan dari telur menjadi nyamuk tersebut membutuhkan waktu kurang lebih 9-10 hari. Nyamuk Aedes aegypti memiliki ciri-ciri warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya, di bagian kepala terdapat garis putih berbentuk.

Ciri ciri nyamuk DBD

  • Berwarna hitam
  • Bintik putih pada bagian badan, kaki terdapat garis putih berbentuk
  • Nyamuk Aedes lebih aktif menggigit pada siang hari, terutama di pagi hari dan sore hari berbanding terbalik dengan kebanyakan jenis nyamuk lain yang aktif pada malam hari.
  • Nyamuk Aedes lebih suka berkembang biak di tempat-tempat yang memiliki genangan air bersih, seperti di dalam pot bunga, ember.

Tanda Gejala Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tibatiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan dan menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare.

Umumnya gejala muncul sekitar hari ke 4–7 setelah tergigit oleh nyamuk. Gejala yang ditimbulkan berupa demam tinggi, nyeri sendi/otot, nyeri di belakang mata, sakit kepala, sakit perut, mual, muntah, nafsu makan menurun, lemas dan bisa juga timbul bintik-bintik merah di tubuh. Gejala lain yang dapat muncul, seperti mimisan, kencing berdarah maupun perdaharan saluran cerna. Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, demam berdarah ini bisa menyebabkan syok hingga kematian.

Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit demam berdarah dengue antara lain: 

  1. Tingkat pengetahuan tentang tanda atau gejala
  2. Cara penularan dan pencegahan penyakit DBD
  3. Kebiasaan menggantung pakaian
  4. Kebiasaan membersihkan tempat penampungan air
  5. Kebiasaan membersihkan halaman disekitar rumah
  6. Tempat penampungan air didalam atau diluar rumah yang terbuka; dan
  7. Tempat penampungan air didalam atau diluar rumah yang positif jentik.

Pencegahan

Upaya pencegahan   dan   pengendalian   terhadap penularan   DBD   untuk   mencegah   gigitan nyamuk aedes aegypti melalui kegiatan PSN 3M Plus, larvasidasi dan fogging, sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

Fogging 

Fogging adalah metode pengendalian nyamuk dengan cara mengasapi daerah yang banyak ditempati oleh nyamuk Aedes aegypti, terutama tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, seperti selokan, genangan air, dan tempat-tempat lain yang dapat menjadi wadah bagi telur nyamuk. Pengasapan ini menggunakan insektisida yang mampu membunuh nyamuk dewasa yang ada di udara dan lingkungan sekitar. Pentingnya fogging terletak pada kemampuannya untuk mengurangi populasi nyamuk dewasa yang dapat menularkan virus dengue. Namun, fogging tidak akan berhasil secara maksimal tanpa langkah pengendalian lainnya, seperti menghilangkan tempat-tempat berkembang biaknya nyamuk, seperti bak mandi, tempat penampungan air, atau tempat sampah yang tergenang air.

Pencegahan pakai fogging

Salah satu cara untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini adalah melalui fogging. Upaya pemberantasan nyamuk tersebut dilakukan dengan cara pengasapan (fogging). Fogging adalah metode pengendalian nyamuk yang melibatkan penyemprotan insektisida ke udara dengan tujuan untuk membunuh nyamuk yang aktif di wilayah tertentu. Fogging dilakukan dengan menggunakan alat penghasil kabut yang menyemprotkan insektisida dalam bentuk partikel halus, yang mampu menyebar ke seluruh area. Fogging dilakukan di area-area dengan konsentrasi tinggi tempat berkembang biaknya nyamuk, seperti pemukiman padat, taman, dan tempat terbuka yang sering tergenang air.

Di sisi lain, pemberian obat Abate merupakan strategi yang lebih berfokus pada mengendalikan populasi nyamuk melalui penggunaan larvasida yang menargetkan larva nyamuk. Obat Abate merupakan obat untuk pengurangan jentik-jentik pada setiap rumah-rumah, yang dimana jentik-jentik sendiri dapat berkembang biak di beberapa tempat seperti halnya bak mandi, pot bunga yang ada genangan airnya, dan sebagainya.

Agar program pengendalian nyamuk efektif, fogging harus diintegrasikan dengan metode lain:

  1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN): Menguras, menutup, dan mendaur ulang wadah air.
  2. Edukasi Masyarakat: Penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran terhadap pencegahan DBD.
  3. Penggunaan Larvasida: Membunuh jentik nyamuk di tempat air yang sulit dikosongkan.
  4. Teknologi Pendukung: Menggunakan perangkap nyamuk atau inovasi seperti pelepasan nyamuk steril atau ber-Wolbachia

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan di banyak negara, termasuk Indonesia. Salah satu langkah penting dalam mengendalikan penyakit ini adalah dengan melakukan fogging atau pengasapan yang bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa penyebar virus tersebut. Namun, fogging hanya efektif jika dilakukan bersama dengan pengendalian lainnya, seperti pemberantasan sarang nyamuk dan edukasi masyarakat.

Meski fogging adalah salah satu langkah yang efektif untuk mengendalikan populasi nyamuk penyebar virus dengue, langkah-langkah lain seperti pemberantasan sarang nyamuk dan edukasi masyarakat tetap harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Dalam upaya bersama, kita bisa mengurangi angka penderita DBD dan mewujudkan lingkungan yang lebih sehat dan bebas dari penyakit tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun