"Beneran nih ya". "Benarlah".
Dan rupanya benar, meskipun kami harus menunggu 2 jam di tengah teriakan calo, asap rokok di sekeliling, dan antrian tiket yang berjejalan. Saya jadi ingat pengalaman serupa sekitar 13 tahun lalu di Pulau Gadung. Sama-sama saat lebaran. Bedanya 13 tahun lalu di negara sendiri dan sekarang di negara orang meskipun kedongkolannya sama saja.
Tapi tenyata kami ga apes-apes banget. Setelah berada di bis, penumpang lain yang orang Malaysia bercerita kalau harus membayar tiket seharga 80 ringgit alias lebih mahal 15 ringgit dari kami. Hahaha. Untungnya perjalanan ke KL lancar. Tak ada itu yang namanya "jammed" alias macet seperti kata perempuan penjual tiket yang walaupun bikin dongkol tapi kasih harga "cukup wajar".
Dari pengalaman ini, saat balik ke Singapore kami memutuskan naik kereta malam saja. Harga 40 ringgit sudah dapat sleeper train alias kereta dengan tempat tidur. Tidur pulas. Imigrasi di JB cukup di kereta. Tak ada antri panjang.
Namun dengan segala keribetan itu, travelling tetap saja menyenangkan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H