Mohon tunggu...
Abdullah Almuklish
Abdullah Almuklish Mohon Tunggu... Full Time Blogger - komisaris PT Hara Hita Wisesa

Hidup adalah perjuangan tanpa henti - henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Al-Quropsi

7 Juli 2012   16:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:12 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja semakin memerah, sepertinya matahari  malu-malu pulang ,angin berhembus seolah ingin membisikan desahan pergantian malam. Suara adzan maghrib seolah ingin mengabarkan bahwa Tuhan masih  ada disetiap nadi kehidupan kita  meski kadang-kadang tersamar oleh materialisme  yang hampir mencabik nafas-nafas makhluk keparatnya yang bernama manusia.

Hegemoni  transcendental  komersialisasi  kesucian dan kebenaran yang  didengungkan pelacur-pelacur politik  dan anjing-anjing penguasa yang selalu kelaparan. Agama sudah menjadi  komoditas jualan  ,seperti  air dalam gallon bermerek,yang merasa haus wajib membeli ,entah itu wahabi,syiah,suni,NU,Muhammadiyah,Tarekat,islam,Kristen,hindu,budha  atau dalam kemasan yang lainya,semuanya sama menawarkan kesejukan bathin,hidup sempurna dan masuk surga.

Tuhan yang katanya agung pun kini sudah seperti  makanan ringan dalam kemasan yang dijajakan para penjual ayat-ayat  suci di negeri ini,ustad,buya,kiyai,pendeta,rahib dan entah apapun itu namanya seolah  merupa sebagai sales  yang  dapat komisi setelah menawarkan jualanya.

Makhluk  serendah apakah yang berani  menguangkan kesucian,mengkomersialisasikan kebenaran,memotong-motong ayat suci demi kekuasaan,mengkorup kitab kebenaranya sendiri ?.

Aku tidak tahu mengapa lidah ku  kelu ,ku tak mampu merapal  kembali  atau entah Karena aku muak terhadap kebenaran yang dijadikan  ajang hukum rimba post modern para manusia kera  ini pasca evolusi  Darwin,  maksudku otak  mereka ini yang meng kera  kini.

Kini entah siapa Musa  entah siapa Firaun,siapa Ibrahim siapa namrudnya,siapa Muhammad dan siapa Abu jahal nya, semuanya terasa bias diatas sana,benar dan salah ahanya menjadi komoditas kepentingan kelompok-kelompok dan bendera-bendera.

Tuhan aku bertanya ?

Pun Petruk pun berlalu pergi menyudahi doanya kepada  Tuhan  setelah solat maghrib di musholla kecil sumbangan DEPAG  Negara tetangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun