Sani bingung pada adiknya yang duduk membatu sambil memandang keluar. Sani ikut melihat keluar namun ia tidak melihat siapa-siapa. Hanya bau wangi yang sangat menusuk hidung. Segera Sani menghampiri Tina yang masih diam terpaku.
"Dik! Tina! Hey!" kata Sani sambil menggoyang-goyangkan badan Tina.
"Aaaaaaaa...," Tina berteriak dan menutup mata dengan kedua tangannya. Tina menangis.
Sani segera memeluk adiknya dan mengajaknya lari keluar rumah. Mereka berdua menangis. Tetangga yang mendengar mereka menangis pun segera berdatangan.Â
Tina  menceritakan apa yang baru saja dia lihat sambil menangis. Awalnya semua tetangganya tidak percaya dengan ucapan Tina. Akhirnya mereka percaya setelah mengecek ke dapur. Mereka tidak bisa melihat sosok tanpa kepala itu tetapi bisa mencium bau wangi yang menyengat hidung.
Tak lama kemudian telepon berdering.
"Nduk,, kakangmu meninggal," kata Bapak dengan suara tertahan, dari telepon sayup-sayup terdengar isak tangis ibu di belakang bapak.
"Innalillahi wainnailaihi roji'un," Sani duduk lemas mendengar kabar itu.
Tina yang masih syok bertanya dalam hati, "Apakah sosok tanpa kepala tadi adalah kakakku? Apakah sosok tadi bermaksud berpamitan pada adik-adiknya?"
Entahlah sosok itu jelmaan kakaknya atau bukan. Namun Tina berharap kejadian seperti ini tidak terulang. Kejadian melihat sosok menyeramkan dan kejadian kecelakaan yang menimpa kakaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H