Mohon tunggu...
Ruaida
Ruaida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Andalas

Tertarik dengan isu kesehatan mental

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Relasi Keluarga dan Dukungan Emosional terhadap Longevity pada Lansia

24 Juni 2024   23:10 Diperbarui: 24 Juni 2024   23:17 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Longevity, atau usia panjang, merupakan bahasan menarik dalam bidang kesehatan, psikologi, dan sosiologi. Relasi keluarga dan dukungan emosional merupakan dua faktor penting yang mempengaruhi longevity pada lansia. Hubungan yang kuat dengan keluarga dan dukungan emosional yang memadai dapat meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia harapan hidup pada lansia.

Pentingnya Relasi Keluarga bagi Lansia

Relasi keluarga yang kuat memiliki dampak signifikan terhadap kesejahteraan fisik dan mental lansia. Lansia yang memiliki hubungan baik dengan anak-anak, cucu, dan anggota keluarga lainnya cenderung merasa lebih dicintai, dihargai, dan diperhatikan. Perasaan ini dapat meningkatkan rasa kebahagiaan dan kepuasan hidup, yang berhubungan langsung dengan kesehatan fisik yang lebih baik. Dukungan sosial dari keluarga berhubungan erat dengan penurunan risiko penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung (Holt-Lunstad et al., 2020).

Dukungan Emosional dan Kesehatan Mental

Dukungan emosional dari keluarga juga memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan mental lansia. Lansia yang merasa didukung secara emosional cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah, yang berkontribusi pada kesehatan mental yang lebih baik. Stres kronis diketahui memiliki dampak negatif pada sistem kekebalan tubuh dan dapat mempercepat proses penuaan. Sebuah studi oleh Thoits (2016) menunjukkan bahwa dukungan sosial yang memadai dapat berfungsi sebagai pelindung terhadap efek negatif stres, sehingga meningkatkan kesehatan dan longevity.

Lansia yang Tinggal dengan Keluarga vs. Tinggal Sendiri

Thomas et al. (2021) dalam penelitiannya membandingkan kualitas hidup dan kesehatan lansia yang tinggal bersama keluarga dengan mereka yang tinggal sendiri atau di panti jompo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang tinggal dengan keluarga memiliki kesehatan mental yang lebih baik, merasa lebih aman, dan memiliki harapan hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan mereka yang tinggal sendiri. Lansia yang tinggal sendiri cenderung lebih rentan terhadap kesepian dan depresi, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik mereka.

Interaksi Antar Generasi dan Longevity

Interaksi antar generasi, seperti keterlibatan lansia dalam kehidupan cucu-cucu mereka, juga dapat memberikan manfaat yang signifikan. Lansia yang aktif dalam mengasuh atau berinteraksi dengan cucu mereka cenderung merasa lebih dibutuhkan dan memiliki tujuan hidup yang lebih jelas. Lansia yang terlibat dalam pengasuhan cucu memiliki kesehatan mental yang lebih baik dan risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak terlibat dalam pengasuhan cucu (Lu et al., 2017).

Dukungan Emosional dalam Konteks Budaya

Dukungan emosional sering kali dipengaruhi oleh konteks budaya. Budaya kolektivis, seperti di negara-negara Asia, lebih menekankan pentingnya hubungan keluarga dan dukungan emosional dibandingkan dengan budaya individualis. Dimana lansia di negara-negara kolektivis cenderung memiliki tingkat kebahagiaan dan kesehatan yang lebih tinggi (Park et al., 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun