Mohon tunggu...
ROCHADI TAWAF
ROCHADI TAWAF Mohon Tunggu... Dosen -

Dosen Fapet Unpad

Selanjutnya

Tutup

Money

Kenaikan Harga Hewan Kurban

19 September 2016   15:27 Diperbarui: 19 September 2016   16:19 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Idul Kurban telah terlewati beberapa hari yang lalu, kita telah menyaksikan hampir disetiap masjid bahkan mushala-mushala, masyarakat yang beragama Islam menjalankan salah satu syariatnya yaitu memotong hewan Kurban. Permintaan hewan kurban yang semakin meningkat dari tahun ketahun mencirikan bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan ekonomi dan keimanan umat Islam dalam menjalankan ajarannya. Namun demikian, bila dicermati telah terjadi kenaikan harga hewan kurban yang cukup signifikan di tahun ini. Kenaikan harga ini seperti yang tidak dapat dihindarkan, pasalnya berdasarkan pengamatan ada dua hal yang mendasari mengapa harga hewan kurban meningkat di setiap tahun.

Kenaikan Harga

Pertama, kenaikan harga mengikuti hukum permintaan dan penawaran. Yaitu, harga akan meningkat jika penawaran (hewan kurban) lebih sedikit daripada permintaannya. Pada fenomena seperti ini, harga merupakan indikator yang dapat dijadikan ukuran minimnya jumlah penawaran (ternak)  yang dijadikan sebagai hewan kurban. 

Kualifikasi dan kuantifikasi penawaran menjadi penting dan turut mewarnai dalam memenuhi kebutuhan berapa jumlah hewan kurban yang diperlukan masyarakat. Kualifikasi yang diperlukan seperti ternak jantan yang sehat, cukup umur dan tidak cacat merupakan permintaan yang layak dipenuhi. Sebab, performans hewan kurban akan sangat menentukan besarnya permintaan pasar.

Kedua, adalah kenaikan harga dilihat dari segi ritual keagamaan seseorang terhadap hewan kurban itu sendiri. Misalnya, indikator “kesehatan, kegagahan, maupun ketampanan” seekor hewan, yang sifatnya sangat pribadi. Pada kasus ini, sangat sulit mengukur mahal dan murahnya harga hewan kurban, ibarat nilai “kurbannya Ismail putra Ibrahim yang digantikan seekor gibas oleh Allah SWT”. Begitu kuatnya keimanan seseorang, dia tidak lagi melihat berapa nilai rupiah yang harus dikeluarkan dari dompetnya untuk seekor hewan yang akan dijadikan kurban bagi diri dan atau keluarganya dihadapan sang Khalik.

Dampak Idul Kurban

Namun demikian, ada fenomena lain yang terjadi dihari raya idul kurban ini khususnya di perkotaan Jabodetabek dan sekitar Bandung Raya. Di wilayah ini kebutuhan ternak sapi bagi kebutuhan reguler konsumsi harian masyarakat dipenuhi oleh lebih dari 90 % berasal dari sapi dan daging impor. Sehingga, dampak hari raya idul kurban tidak dirasakan adanya perubahan yang berarti terhadap harga daging sapi yang dijual di pasar umum, bahkan harganya cenderung stabil.

Hal ini sangat berbeda dengan di wilayah-wilayah yang tidak tersentuh dengan kehadiran sapi dan daging impor. Di wilayah ini akan sangat terasa perubahan harga eceran daging sapi yang meningkat sangat tajam di pasar umum. Misalnya, di Provinsi Aceh pada kondisi jelang idul Kurban harga daging sapi dipasar umum menembus angka Rp. 160 ribu/kg. Pasalnya, sapi-sapi yang biasa dipasarkan bagi kebutuhan reguler dipasar, ditahan oleh peternak karena mereka akan menjual ternaknya pada saat hari raya idul kurban.

Pasarnya peternak rakyat

Bagi peternak rakyat, momentum hari raya kurban merupakan pasar tahunan yang sangat dinantikan. Mengingat harga yang terbentuk pada saat transaksi, terjadi tidak semata hanya didasarkan kepada berat timbang hidupnya. Namun juga konsumen melihat dari sisi yang lainnya, biasanya masyarakat menyebut sebagai “beli bogoh” (bahasa sunda) yang memiliki makna beli dengan rasa kasih sayang/senang. Perilaku budaya “beli bogoh” ini seringkali lebih didasarkan kepada kondisi kualitas ternak dan keimanan yang berbaur. Atas dasar perilaku tersebut, bagi peternak rakyat kondisi ini digunakan sebagai sasaran tahunan dalam memperoleh laba tertingginya.

Daging India

Berdasarkan atas fenomena yang terjadi tersebut, sangat aneh jika pemerintah menurunkan kebijakan melakukan impor daging kerbau beku asal India, dengan alasan untuk menurunkan harga daging sapi di Jakarta dan sekitarnya. Pasalnya kebijakan ini, sungguh tidak memiliki dasar yang kuat bagi pencapaian harga daging sapi di angka Rp. 80 ribu/kg. karena, di periode hari raya kurban yang diperlukan adalah sapi-sapi yang memenuhi kriteria norma ritual agama untuk kurban, bukannya daging beku. 

Sementara itu, daging hasil pemotongan hewan kurban dibagikan kepada seluruh masyarakat tanpa kecuali bagi yang berkurban pun mereka berhak 30 % atas daging yang dihasilkan. Demikian halnya distribusi daging ini bukan hanya didominasi bagi orang muslim, juga dibagikan bagi orang-orang non muslim lainnya.

Namun demikian telah terjadi sebaliknya di wilayah yang tidak tersentuh distribusi atau pemasaran hasil penggemukan sapi dan daging impor. Jadi sesungguhnya, untuk menurunkan harga daging melalui impor daging India bukannya di Jabodetabek dan Bandung Raya, tetapi di wilayah yang tidak tersentuh distribusi sapi maupun daging impor.

Kebijakan hewan kurban

Jika memperhatikan perilaku manajemen pemotongan hewan kurban di masyarakat yang pada umumnya tidak menggunakan dasar “animal welfare”, juga mekanisme pemasaran hewan kurban yang menghasilkan harga yang mahal. Maka kebijakan yang harus dilakukan pemerintah adalah merancang dan menyosialisasikan di tahun-tahun mendatang yaitu mulai mengintroduksi penjualan dan pemotongan hewan kurban di RPH yang berstandar “animal welfare”. 

Pemasaran hewan kurban hendaknya tidak lagi menggunakan sistem taksir yang lebih banyak merugikan konsumen juga menghindari pemotongan yang menyiksa ternak. Hal ini harus segera dilakukan mengingat pengelolaannya lebih higienis dan ternak diperlakukan sesuai dengan norma “animal welfare”. Tentu kebijakan ini akan sangat bermanfaat dan mengakibatkan kualitas daging yang dihasilkannya akan lebih baik ketimbang dilakukan ditempat yang tidak layak.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun