Selanjutnya giliran Brig-Jen Pol. DR. Victor Pudjijadi, SpB, FICS, DFM. Saat memulai presentasinya, beliau memutar Video Pesan Presiden RI, Joko Widodo yang menyampaikan "tidak ada pilihan lain bagi diri kita perang terhadap narkoba".
Turut memberikan ilmu yang bermanfaat Trainer BPPK Ciloto dan Divisi Diklat FIAN, Imam Kastubi, SKM. Ia berpesan kepada para peserta harus memahami kriteria ketergantungan NAPZA. Para peserta harus menjadi orang yang peduli.
Baginya, ilmu itu wajib untuk dibagikan karena akan busuk bila hanya untuk diri sendiri. Sebaik-baik manusia itu yang bermanfaat bagi orang lain, ketika kita berbagi maka kita akan ingat terhadap diri sendiri.
Lanjutnya, Ketika kita berbuat baik maka perbuatan baik itu juga untuk diri kita sendiri. Untuk itu kita harus merubah maindset untuk peduli kepada orang lain.
Paling akhir menjadi narasumber, Konselor Adiksi RSKO Jakarta, Gigih Setia Agung, dengan panggilan Agil. Ia berpendapat saat wawancara sebelum presentasi "orang yang mempunyai kemampuan dan pendidikan tinggi belum tentu konselor yang efektif"
Ada 2 hal yang mempengaruhi seseorang dapat menjadi konselor yang efektif  yaitu tengible berupa pendidikan yang bisa diukur secara imperis dan intangible sesuatu yang tidak dapat diukur secara empiris.
Ia merasa konseling itu pada dasarnya hubungan antar manusia, jadi tidak ada tools yang pasti mengukur apakah seseorang dapat menjadi konselor yang efektif atau tidak.
Tuturnya para peserta pelatihan tidak perlu skill yang tinggi untuk menjadi konselor yang efektif walaupun skill itu penting. Tapi selama didalam diri memiliki faktor x (intangible), hal itu bisa menjadi modal menjadi konselor yang efektif. Karena konselor yang hebat itu tidak dilahirkan tapi terbentuk.
_________________________________