Mohon tunggu...
riska aulia musdhayanti
riska aulia musdhayanti Mohon Tunggu... pelajar

.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang Bilang "Enak Ya"

12 November 2024   07:48 Diperbarui: 12 November 2024   07:59 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“memang jalannya takdir kehidupan tidak bisa di setting ya” katanya. Terkadang ia merasa begitu hampa layaknya kapal yang ter ombang-ambing di lautan dan membiarkan dirinya terseret ombaknya, mengikuti arus yang menyeret perahu kecilnya. Layaknya anak kecil yang masih balita kau bertanya-tanya kepada dunia tentang semua ini.

Tentang mahluk tuhan yang katanya pewaris tunggal, tapi sebenernya ia menahan dahsyat nya ombak yang mengguncang perahu kecilnya. Ia yang selalu berfikir semuanya harus sempurna, ia yang tidak mau melukai karang-karang yang berada di jalan perahunya. Bersandar kepada dirinya sendiri atas semua harapan yang di berikan lewat tatapan mata yang setiap harinya ia temui

Perahunya sudah cukup berat untuk di dayungnya. Tapi hanya ia harapan terbesar  tatapan mata yang ia temui setiap waktunya,  yang tidak tau seberat apa beban di perahunya selalu berbisik selalu ber- ekspetasi berlebihan terhadap jalan perahunya yang menurutnya kedepannya akan lebih indah. Semua perkataan yang muncul di pikirannya seolah menjadi nyata. 

Iya benar, ia adalah seorang anak tunggal, ia yang selalu merasa kesepian di setiap waktunya merasa seolah tidak ada yang memeluknya, ia yang tak kurang” mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya, tapi harapan orang tuanya tidak kalah besar dan satu”nya harapan nya adalah ia sendiri memikul semuanya sendiri. Ia yang merasa tidak ada yang memeluknya memperhatikannya, dengan dayung kecilnya ia mulai  maju perlahan-lahan.

Tetapi angan buruknya itu semua tidak sesuai dengan faktanya, ia adalah anak yang paling di sayang di setiap lingkungannya tetapi fakta itu ketika mati setelah ia mengalami sedikit trauma dalam lingkungan pertemanannya yang sangat membekas di pikirannya, mempengaruhi semua  pandangannya ke setiap orang kepadanya seakan-akan meremehkan semua usaha serta kesuksesannya di masa depan.

 

Banyak teman yang memandang ia remeh karena ialah  harapan satu-satunya keluarganya, banyak temannya yang berbicara menjatuhkan se-enaknya, “pasti sangat berat menjalani semua harapan orang tuanya aku yakin dia g bakal bisa sukses pasti jatuh di tengah jalan” katanya. Dari semua perkataan yang ia dapat seolah perahu yang terseret ombak tanpa ada balasan mendayung dari beban yang di tumpangnya ia perlahan mulai mundur dari semua rencana jalannya menuju ke indah an kesuksesannya di depan seolah dayungnya sangat berat untuk  ia sangat rapuh untuk melakukannya.

“ya tuhan apa aku se- sederhana itu untuk di remehkan dengan perkataan yang selalu menusuk hati ku tuhan...”, “kenapa hidupku harus menjadi anak tunggal tuhan aku takut untuk maju aku takut gagal dengan semua ini aku takut umur orang tuaku yang sudah tidak muda lagi aku takut mereka tidak bisa melihat ku sukses dulu tuhan aku takut aku takut...”, ia berdoa dengan menangis dan lemas sekujur tubuhnya. 

Angin yang terus berhembus an keluar masuk dari jendela seketika membuatnya tertidur dengan tidak kesengajaannya, tidurnya malam itu menciptakan mimpi yang membekas di hidupnya, membangkitkan semangatnya untuk maju untuk membuat perahunya ke jalan yang lebih indah.

Ke esok an harinya ia menjalani kegiatan dengan lebih semangat, belajar dengan sungguh-sungguh tetapi masih saja mendapat omongan tidak enak dari lingkungan pertemanannya namun hal itu tak membuat ia putus asa melainkan menjadi bisikan itu sebagai motivasi yang keras untuk menuju jalan indahnya.

 Beberapa waktu berlalu tiba tempat di pengumuman ke lulusannya di sekolah SMA favoritnya itu dengan hati yang terus berisik ia duduk sambil bercucuran keringat yang terus mengalir dari tubuhnya, dengan mic yang sedikit lirih pengumuman kelulusan pun tiba dan ia dinyatakan sebagai lulus terbaik di sekolah favoritnya itu. Dengan perasaan bahagia dan terharu ia menangis terharu tidak percaya atas pencapaiannya tersebut. 

Sampainya selesai acara pengumuman kelulusan tersebut ia pulang dengan tergesa-gesa mengumumkan kepada orangtuanya perasaan terharu pun muncul ketika mereka tau bahwa gadis kesayangannya menjadi lulusan terbaik di SMA favoritnya.

Setelah beberapa waktu berlalu ia yang sudah  mencoba mendaftarkan diri ke kampus terbaik di Indonesia dengan jurusan psikologi dan akhirnya ia di terima di tempat impiannya itu. Menjalani hari-harinya dengan semangat untuk membuktikan kepada semua bisikan yang dulunya di terimanya, semua halangan yang masuk di pikirannya sekarang ia taklukkan dengan tatapan mata orang tuanya yang sudah tidak menginjak usia muda lagi harapan besarnya orangtuanya hanya ingin melihat ia sukses dengan sebaik mungkin.

 Waktu terus berjalan dengan penuh kekhawatiran menjalaninya, di saat semua perasaan tidak enaknya ketika ia yang sedang tenang menenangkan pikiran buruknya tiba-tiba ia mendapatkan kabar yang membuat sekujur tubuhnya lemas. Benar semua kekhawatirannya pun terjadi wanita yang di jadikan pusat keberaniannya itu telah menghembuskan nafas terakhirnya. Saat semua sudah di persiapkan untuk menjalani sidang kelulusannya seketika itu hancur orang yang ia harapkan melihatnya menjadi wisudawan terbaik saat itu sudah tidak ada di kehidupannya.

Dengan perasaan yang sangat kacau ia pun berjalan menuju pemakaman sang wanita yang sangat ia cintai. Setelah pulang dari pemakaman tersebut ia merasakan hampa yang sangat tidak di harapkan terjadi, kesedihan itu tidak berlangsung lama karena ia masih harus berjuang menjadi yang terbaik.

 “tuhan tolong lapangkan hatiku, tolong kuatkan aku tuhan masih ada pria yang sangatku cintai, tuhan masih ada pria yang sangat menaruh harapan besar kepadaku tuhan, mama juga harus bangga melihat aku di sana tuhan...” katanya dengan memendam kesedihan yang di rasakannya sendiri.

Semua kesedihannya sudah di hanyutkan dengan semangat menjadi lulusan terbaik. Pagi itu ia kembali ke kampus untuk menjalankan sidang kelulusan. Setelah tiba perlahan kaki kecilnya itu sampai di depan pintu masuk ruangan sidang kelulusan itu. Setelah ia keluar dari ruangan yang mencekam itu ia sangat bersyukur dengan keberhasilannya menghadapi semua rintangan yang selama ini ia dapatkan. Sidang kelulusannya berjalan dengan lancar.

 Dengan singkat waktu di acara wisuda yang ia nanti-nantikan sejak pertama kali menginjakkan kaki kecilnya di kampus impiannya tersebut dengan pengumuman bangga yang tiba-tiba terulang kembali, ia kembali menjadi lulusan terbaik di tahun itu. 

Dengan perasaan sedih akan harapan mamanya yang ingin sekali melihat putri cantiknya menjadi lulusan terbaik, ayahnya yang hadir di kala itu sangat terharu seakan tak bisa menahan haru ketika putri yang ia ketahui memikul berat harapannya itu berhasil mencapai puncak keberhasilan yang hebat.

Dengan perasaan yang sedih ia mulai memeluk pria yang sangat ia jadikan alasannya untuk kuat, dengan pelukan yang penuh kasih sayang ia berkata di dalam hatinya “mama aku berhasil menjadi yang kau inginkan semoga mama senang ya di sana aku di sini akan banggain papa di setiap kemampuan ku”. 

Semua perasaannya yang sedih seketika itu mulai perlahan memudar sedikit demi sedikit. Ia mulai mengawali harinya dengan baik, membuktikan kepada bisikkan yang ia dapat dengan keberhasilan yang di perolehnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun