Mohon tunggu...
Rusdy Simano
Rusdy Simano Mohon Tunggu... -

Find me in Quora

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Proposal Elektrifikasi Pedalaman Indonesia

8 Oktober 2015   15:17 Diperbarui: 8 Oktober 2015   15:19 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naaah, ini bisa diterapkan oleh:
1. Beli produk yang sudah ada di pasaran (alias '12V charge controller')
2. Bikin sendiri (produk dalam negri). Kalo saya sendiri aja udah bisa rancang dan bikin sendiri [7], kenapa situ nggak bisa?

Dari hitungan saya, harga beli sekitar 3 juta rupiah per unit. Ini untuk panel surya 50Watt-peak (dengan elektronik), dan baterai lithium 12V 20Ah, lengkap dengan colokan. Ini cukup untuk penerangan dan isi ulang batre handphone. Berhubung memakai batre lithium, sistem ini akan tahan selama 10 tahun, alias Rp 25,000 per bulan (kredit tanpa bunga selama 10 tahun)! Murah mana, dibanding Rp 50,000 per hari untuk pemakaian BBM?

Walaupun sistem ini masih belum bisa bersaing dengan harga PLN (harga sistem ini masih sekitar Rp 5,500 per kWh selama 10 tahun, dibanding harga PLN sekitar Rp 1,500-an per kWh), kita harus realistis. Sistem ini masih jauh lebih murah (daripada genset) untuk daerah pedalaman yang belum terjangkau listrik. Lagipula, harga PLN akan terus naik selama 10 tahun ke depan.

Bagi yang kebanyakan duit, silahkan hubungi saya! Duitnya akan saya pakai untuk elektrifikasi pedalaman Indonesia. Dijamin tokcer! [1]

Referensi dan catatan:
[1] Duit nggak bisa minta balik!
[2] http://health.kompas.com/read/2012/09/29/03513482/listrik.untuk.kaum.pedalaman
[3] http://wildlifenews.co.uk/2014/05/indonesian-cop-is-jailed-for-eight-years-for-major-timber-smuggling-racket/
[4] http://regional.kompas.com/read/2013/04/25/09085871/Pemkab.Barito.Utara.Alokasikan.300.Unit.PLTS
[5] http://id.kopernik.ngo/update/menjangkau-desa-pedalaman-bersama-mama-mia
[6] http://www.solar-electric.com/how-to-use-mc4-connectors-cables.html/
[7] http://epxhilon.blogspot.com.au/2014/06/bmppt-solar-charger-3.html
[8] 12V dipilih karena lebih banyak pilihan untuk produk konsumen yang sudah ada di pasaran, dibanding sistem 48 volt (misalnya digunakan oleh: http://news.mit.edu/2015/microgrids-rural-villages-india-0601)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun