Sedikit saja berlebihan maka kesenangan yang terus menerus dilakukan dapat berakibat fatal, ada yang sampai berakhir di rumah sakit jiwa. Sama halnya dengan coba-coba kesenangan baru yang ternyata disukai lalu kesenangan -yang dapat juga sebuah kesalahan- justru mengikatnya secara berlebihan.
"Mereka hanya fokus pada satu hal yang sebenarnya tidak berdampak positif. Terlalu ingin menyenangkan diri sendiri, jika tak dapat melakukan yang diinginkan maka rela melakukan apapun termasuk merusak atau pun marah-marah, bahkan tak segan berbohong untuk mendapatkan keinginannya bermain di HP, "ujar seorang dokter menjelaskan perihal kecanduan bermain online.
Sebuah rumah sakit jiwa di Jawa Barat menerima sedikitnya empat pasien baru setiap minggunya. Ketika berita di tayangkan sebuah televisi swasta seorang psikolog ikut buka suara bahwa kesenangan yang berlebihan dapat merusak fokus dan akhirnya merugikan diri sendiri.
Hari itu seorang pasien remaja baru saja tiba dan bersedia diwawancarai. " Sejak SD saya bermain games di HP. Saya sampai tidak sekolah seminggu karena hanya ingin  bermain," ujar seorang pelajara bertubuh subur tersebut.
Banyak pasien yang diantar paksa oleh orangtua bahkan harus dokter yang menjemput oleh sebab 'kecanduan' gawai oleh banyak remaja. Orangtua juga kebingungan oleh ulah si buah hati yang hanya ingin bermain gawai (gadget).
Yang ada dalam pikiran anak adalah bermain games sampai dapat mengubah pola tidur. Ketika siang beraktivitas dengan bersekolah ia justru tidur sebab sepanjang malam harus terjaga untuk bermain games.
Tak ada yang salah dengan sebuah kesenangan terapi jika menyita semua perhatian dan energi kita demi untuk sebuah kesenangan tidak lagi dibenarkan.
Berbeda dengan berlatih untuk suatu tujuan tertentu seperti para gamers. Meski bertujuan untuk menjadi seorang gamers pun bukan berarti tidak melakukan kegiatan lainnya.
Maka bayangkan sepanjang hari hanya sibuk dengan gawai dan melupakan hal lainnya. Apa sebab dokter jiwa turun tangan untuk membina seseorang yang fanatik dengan permainan di telepon seluler jika bukan pengekangan diri yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kita adalah pelakon hidup, adalah salah besar jika waktu kita ditentukan oleh kesenangan kita.
Kita hanya ingin menyenangkan diri sendiri dengan terus saja bermain di HP. Jadi jangan salahkan jika orang lain yang harus mengontrol; mengekang diri kita.
Wajar jika pihak lain yang harus mengendalikan kita sebab kita tak lagi mampu melakukan hal-hal yang sepatunya kita lakukan. Menghabiskan waktu hanya untuk kesenangan yang terus-menerus kita berikan pada diri kita tentu tak lagi wajar.
Sampai-sampai kita tak lagi tahu harus melakukan aktivitas lainnya. Jika dipikirkan lebih jauh hanya memberi kesenangan pada diri sendiri apakah yang kita dapat? Yang ada hanyalah kehilangan kesempatan untuk belajar hal lain dan membuang waktu hanya untuk hal yang tidak sepenuhnya bermanfaat.
Kegemaran atau pun kesenangan dilakukan untuk mendapatkan 'refreshment' tetapi jika hal tersebut sudah mengikat sangat kuat sampai tak lagi mampu mengatur diri kita maka sepatunya segera diberhentikan.
Jika tidak kita menghentikannya berarti dengan penuh kesadaran kita memberikan kesempatan untuk dikendalikan oleh kesenangan tersebut, ini tak lagi sehat. (Rum)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H