Mohon tunggu...
Rumi Silitonga
Rumi Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Teacher and Writer

Menulis itu fun, gak bayar dan bisa mengekspresikan isi hati lewat tulisan bahkan 'isi hati' lingkungan di mana pun saya berada. writing will calm your mind n attitude

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pulau Lengkuas yang Membekas

9 Agustus 2017   16:45 Diperbarui: 9 Agustus 2017   17:18 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulau Lengkuas yang Membekas
Agh....saya bangun pagi disambut udara segar dan kebahagiaan yang melekat- sisa hari kmarin. Usai mengumpulkan tenaga dan kesadaran penuh saya bersiap-sisp untuk memulai petualangan hari ini. Hope more fun than yesterday. Perjalanan pagi dimulai pukul 8 pagi. Adalah Pulau Batu Berlayar menjadi tujuan pertama hari ini. Perjalanan ditempuh sekitar satu jam. Lima meter sebelum benar-benar sampai sudah tampak pemandangan eksotis. Batuan seolah berlomba menjadi yang tertinggi untuk menjadi pusat perhatian. Setibanya di pantai kami harus meninggalkan semua barang-barang yang banyak tersebut di mobil. Sebab kami akan menyeberang dengan kapal berukuran sedang untuk mencapai Pulau Batu Berlayar.

Penamaan unik pulau tersebut bukan tanpa dasar. Dari kejauhan sebelum kami menaiki perahu tampak bagi kami gugusan bebatuan yang berukuran sangat besar. Kian mendekat tampaklah batu-batuan bak perahu yang sedang berlayar. Dan banyak juga batuan yang memang berbentuk seperti layar.
Bagi yang pernah di Flores jika kita 'melaut' banyak pulau-pulau di tengah laut. Sedikit mirip dengan di Belitung, hanya saja satu pulau kecil di Flores merupakan satu batu besar di tengah laut. Menikmati pemandangan unik di tengah laut mengingatkan kita pada jaman batu hehe... Di mana-mana serba dan ada bebatuan- segala ukuran dengan bentukan unik.

Dari kejauhan tampaknya sepi, setibanya kami di sana, wow sudah mirip pasar-banyak orang. Biasanya pulau ini sepi dan begitu musim libur 'kota batu' di tengah laut ini tampak hidup dan penuh keriangan. Sekali lagi sabar-sabar saja untuk mengantri foto di berbagai titik batu besar. Semua orang berusaha mendapat sudut terbaik dan mengabadikannya.

Suara ramai menggaduh menambah semarak meski cuaca terbilang ekstrim. Jam baru menunjukkan pukul 10 lewat tapi panasnya seperti jam 12 siang. Keringat terus bercucuran di sekujur tubuh, sesekali angin menurunkan suhu panas. Batuan yang sangat besar ini selain menjadi obyek foto juga dapat digunakan untuk tempat berteduh. Maka sesekali batu-batu akan dipenuhi oleh para wisatawan hanya untuk sekadar duduk-duduk di sekitarnya demi berteduh dan menjauh dari sinar matahari.
Berfoto di sebelah kanan dan kiri sudah- ini biasa saja, maka banyak wisatawan mulai menaiki batu. Banyak pemandu lain termasuk Regi dan Evry mengingatkan untuk berhati-hati dan jangan asal menaiki batu. Sebab banyak batu yang terlalu tinggi atau pun banyak kulit kerang tajam  yang menempel di batu-batu besar sehingga susah untuk dinaiki mengingat resiko.

Berdiri di atas bebatuan besar adalah tantangan tersendiri di tengah suhu ekstrim, tapi sungguh kita harus sangat berhati-hati.. Banyak Kali kita harus melompat untuk berada di puncak batu yang meraksasa. Lompatannya pun harus bervariasi, lompatan kecil atau lompatan jauh, tergantung keberanian dan keadaan bebatuan sekitar.
"Batu yang berwana putih di bagian bawah, jangan dinaiki, dipijak itu berbahaya," ujar Regi mengingatkan peserta yang sudah tak sabar ingin menaklukkan tinggi dan kokohnya bebatuan. Banyak bebatuan besar yang memang begitu sukar untuk ditaklukkan, belum lagi bebatuan yang langsung menjulang ke atas tanpa menyisakan sedikit bidang atau sisi datar sedikit pun untuk dipijak.

Animo wisatawan sungguh tak terbendung dengan banyaknya pelancong di segala sudut Pulau Batu Berlayar. Batu yang begitu mencolok adalah dua Batu besar yang sangat tinggi, berpose diantaranya sungguh menghasilkan foto yang keren. Cukup 30 sampai satu jam (bagi yang sanggup) sungguh cukup untu bersenang-senang menikmati pemandangan alam keren dan yang tak biasa ini.  Selanjutnya kami foto bersama kelompok -yang tak seberapa ini- mendadak menjadi populer di group kami- sebelum akhirnya meninggalkan Pulau Batu Berlayar  menuju Pulau burung.

Hanya dibutuhkan sekitar 40 menit saja untuk tiba di Pulau Kepala Burung ini. Pulau berbentuk kepala burung- burung elang sepertinya, juga tak kalah unik dan tak kalah pamor. Sebenarnya wisatawan hanya melewatinya saja, sebab meski namanya pulau, areal bebatuan besar berbentuk kepala burung ini hampir tak pernah ditapaki wisatawan sebab berada di tengah laut. Selain itu tak ada bidang datar untuk dipijak. Melewatinya kita akan seperti disuguhkan atraksi burung raksasa di mana seluruh tubuhnya berada di laut kecuali kepalanya yang timbul dengan kokohnya.

Lantaran berada persis di tengan lautan luas, maka jika ingin berfoto persis di depannya, pastikan kapal yang membawa kita harus berhenti tepat di depan batu besar berbentuk kepala burung. Teduhnya laut, biru dan putihnya langit yang tampak karib membuat kami semua peserta larut dan asik menikmati suasana dari atas kapal, abaikan keinginan untuk berfoto dengan batu kepala burung.

"Yuk naik ke kapal!" ujar kepala suku yang selalu sibuk dengan ragam kameranya hehe.... Perlahan-lahan peserta rombongan mulai memenuhi kapal. Lelah dengan kegirangan yang sangat, kami didera lelah pula. Seolah mengumpulkan tenaga untuk lokasi wisata selanjutnya. Di atas kapal, masing-masing dari kami hanya duduk-duduk tanpa banyak bercerita. Barangkali ada yang sibuk membayangkan tempat selanjutnya atau senyum-senyum sendiri melihat hasil foto yang luar biasa banyaknya hehe....Ada pula yang istirahat seraya memejamkan mata untuk beberapa saat lamanya.

"Siap-siap, kita akan snorkeling di Pulau Lengkuas dilanjutkan makan siang dan masuk ke mercusuar," jelas Regi mengingatkan perjalanan selanjutnya. Entah mengapa, tiba-tiba wajah lelah yang sebelumnya tampak kini menghilang. Huh dasar muka-muka liburan yakkk.... Kami pun bersiap-siap menikmati dinginnya laut asin hehe....kalau manis nanti disemutin...

Wuiihh...tak sabar ingin melihat pemandangan laut Belitung tepatnya di Pulau Lengkuas. Byuurr....langsung kami semua 'melemparkan' diri ke laut. Hhhmm ada juga yang memilih tinggal di kapal. Semua asik mencari kesenangan sendiri. Cari pemandangan laut seindah mungkin, ini waktunya.... Seperti tempat-tempat lainnya penyuka taman laut akan melipir sejauh mungkin sebab dipastikan akan mendapat pemandangan yang eksotis. Bagi yang hanya ingin snorkeling tak perlu jauh-jauh, dari tempat kapal berhenti biasanya pemandangan indahnya laut juga sudah kelihatan begitu menggoda. Ikan yang hilir mudik, segera akan merapat ke arah kita jika makanan- dapat berupa biskuit- mulai kita berikan. "Mau dong biskuitnya!" pinta saya pada teman yang ada di atas kapal.

Segera saya bawa ke dalam air dan lihatlah puluhan ikan segera merapat mendekat. Auchh...dua kali saya digigit ikan, bukan sakitnya tapi kagetnya.... Baru kali ini digigit ikan dan baru kali ini pula saya berhasil memegang ikan yang tengah asik berkeliaran di laut. Selesai dengan urusan ikan, auww...kali ini bukan lagi ikan, tapi kaki kanan saya terkena karang. Mencoba santai, tak tampak ada darah atau perih, maka terus saja saya  menjelajah. Pas naik ke kapal barulah terasa perih. Darah segar yang sebelumnya tertahan asinnya air laut pun mulai keluar. Perihnya lumayanlah- sudah luka pula kena air asin.

Tak berapa lama kapal pun merapat ke daratan yang tak seberapa luas. Dari kapal tampak mercusuar yang menjulang tinggi. Pungkas dengan makan siang yang sangat mengenyangkan maka terkumpullah energi. Sebaiknya makan siang harus benar-benar santai dan dinikmati sambil duduk di bawah pohon kelapa ditemani ombak. Ingat, 18 lantai yang akan kita naiki telah menunggu.

Memasuki areal mercusuar para pengunjung harus membersihkan diri dari pasir-pasir yang masih tersisa. Tak diijinkan masuk bila badan kita basah dan berpasir sisa dari snorkeling. Tahu kenapa? Jam menunjukkan jam 12 lewat, panasnya itu pooolll....tapi kadung sudah di Pulau Lengkuaa, sayang jika membuang kesempatan untuk tak 'menaklukkan' mercusuar.

Meski panas, tetap saja semangat, tetapi bagi yang pusing karena suhu  panas yang ekstrim sebaiknya istirahat saja. Mercusuar yang dibangun sejak tahun 1882 ini terdiri dari ratusan anak tangga yang terbuat dari besi. Untuk sesaat seperti berada di dalam kaleng kerupuk- mungkin itulah sensasinya.
Menaiki anak tangga satu persatu, fuihhh.....lelah sangat. Setiap kami mencoba menyemangati diri sendiri dan teman-teman lainnya. Sesekali kami beristirahat jika melihat jendela terbuka- lumayan anginnya.... Tiap tingkat selalu ada jendela, tapi tak semua jendela terbuka di setiap lantai. Ketinggiannya mencapai 65 meter yang dibagi menjadi 18 tingkat/ lantai dengan 300an anak tangga- kalau gak percaya hitung sendiri saja... Travel agent kece bingits, diatur untuk makam siang lebih dulu baru menaiki mercusuar kemudian. Perut kosong dan ingin ke mercusuar, mungkin hanya mimpi.

"Masih berapa lantai lagi?" pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya tak terucap sebab di setiap lantai terpampang angka besar-besar yang menunjukkan di lantai berapa kita saat ini....semuanya harap maklum kalau sudah lelah ya begitu...plus harus sabar sebab anak tangga nya tak lebar, menaiki anak tangga hanya cukup untuk satu orang. Jika ada rombongan dari atas turun, mengalah sedikit untuk mundur- kalau gak ada yang ngalah bisa perang mulut.

"Ayo semangat 7 tangga lagi!" seru teman.. What sudah selelah ini dan lama masih 7 lantai lagi? tanya saya membatin. Lantai ke 8, 9 bla...bla....14....17 dan grrhh....sampai juga. Guys we are the winner! Senang bukan kepalang setibanya di atas. Ruangnya lagi-lagi tak lebar jadi sabar saja untuk bergantian menempati lapak kecil demi pemandangan cantik ke bawah dari ketinggian 65 meter. 

Dari bawah pendangan kita terbatas, tapi di puncak mercusuar ini poolll cakepnya! Pemandangan super ini, kapan lagi dinikmati sekaligus diabadikan. Bebatuan raksasa itu tampak mengecil tapi tetap terlihat kokoh. Angin yang mendinginkan suhu tubuh untuk sesaat juga punya andil membangun suasana sekalingus membuang lelah. Ke kanan, lalu menyapu pemandangan ke kiri, berulang-ulang pun tak bosan. Pantai, lalu laut biru muda berpadu dengan pasir putih nan halus sungguh nampak elok rupawan- bikin gak mau turun dari lantai 18 ini. Upss gak boleh egois, rombongan lain di belakang pun ingin menikmati pemandangan indah ini, jadi gantian ya....

Sstt sudah tahu mengapa harus dalam keadaan bersih masuk ke mercusuar? Siapa yang sudi mengepel dan membersihkan 300an anak tangga secara rutin, manual pula. Cuaappeekk! Karena itu masuklah ke mercusuar dengan keadaan bersih. Hayooo....bubar jalan. Segera kami ke kapal, dasar raja dan ratu selfie, masih juga ada yang berlama-lama, untuk apalagi kalau bukan untuk foto. Adalah  Pulau pasir lokasi selanjutnya, dengan jarak tempuh 30 menit kami pun tiba. Pulau kecil yang murni terdiri dari pasir. Pulau yang sangat kecil. Hanya 10-15  menit sudah cukup puas. 

Ukuran pulau ini tergantung pasang surutnya air- ukuran pulaunya dapat berubah. Sstt di sini banyak bintang laut, kalau ingin berfoto jangan lama-lama, bintang laut pun ingin hidup lama- jadi jangan pisahkan mereka dari habitatnya. Eh Andi dapat bintang laut kecil loh- aseli lucu banget, bintang lautnya- dengan warna kombinasi coklat muda dan tua dengan bercak-bercak putih. 

Surga pelesiran hari itu masih belum tuntas. Mariiii ke Pulau dan Pantai kelayang (artinya walet)- ada walet putih- wallet yang langka- begitu kata tour leader kami. Pulau dan Pantai Kelayang cukup berdekatan. Bermain air pantai sudah biasa, tapi memasuki goa di perairan, hhmm it's gonna be different! Kami harus menyisir pantai sesaat untuk sampai di bibir goa. Kami anti mainstream, melihat jalur masuk utama cukup disesaki pengunjung kami memilih jalan masuk lewat pintu keluar- mengubah arus.
Di Batu Berlayar sudah cukup menantang keberanian, kali ini lebih menantang dan lebih curam- sejujurnya. Tarik nafas dalam-dalam. Lompat, kali ini batu-batunya terbilang tajam, tapi jangan takut biasanya kalau sudah begini akan saling tolong menolong. Loncat ke depan, langsung ambil kiri, jangan berhenti langsung loncat dan bertumpu ke kanan. Ada kalanya harus melompat ke bawah. 

Kering, basah, kering lagi- demikian kira-kira gambaran medannya. Kami pun tiba di tengah goa. Seperti beberapa batuan besar saling berdekatan membentuk ruang mirip goa. Di tengahnya, air segar yang menggenang. Menariknya ada dua batu sangat besar di mana masing-masing memiliki 3 warna - merah, hijau dan oranye. Ini beneran keren dan wow, benar-benar takjub melihatnya. Unlucky us gak ada walet putihnya, tapi sangat terbayar dengan cerita seru dan juga haru. Amjat-maaf kalau salah penulisan nama- kehilangan HPnya. Keasikan foto justru memakan korban, kami turut prihatin ya...Harga yang mahal untuk foto- satu HP cuiy....

Cusss naik kapal. Mandi dan bersih-bersih dulu sebelum bertemu sunset. Kami berniat bertemu sunset di Pantai Tanjung Tinggi. Kali ini group kami terbagi dua, ada pergi menjelajah pantai yang dipenuhi bebatuan ini bersama Evry dan group lain bersama Regi. Evry memang jagonya untuk foto. Sunset hari itu tak ceria tapi penampakan suasana sunset masih ada. Meski begitu sangat terbayarkan dengan foto-foto kami ber8. Keceh badai.....ala models, ala petualang dan prewed juga ada. What a moment it was! Cece Shela dan koko Andi semangat ya!

Grrhhh....full lelahnya, tinggal makan malam yang dapat menyempurnakan hari ini. Rumah Makam Rindu Pantai sudah menanti. Meski sudah booking tetap saja masih harus menunggu lama. Ujian kesabaran lagi. Tak pelak ketika makanan datang kami kalap dan dalam sekejap rampung; kelar; done.... Ada yang menarik, ketika ingin membayar kami minta Andi untuk minta bill kepada pelayan rumah makan, seraya berujar, "Bill...bill!" Entah apa yang ada dipikirannya, Andi tak bergerak sampai Shela-pujaam hatinya berkata, Bon...bon..." Sontak kami tertawa, dan sejak itu julukannya menjadi bonbon...

Harusnya jam 9.30 malam sudah pulang dan berada di pulau kapuk.  tapi kami 'membajak'' tour leader kami untuk keliling kota. Agak mbulet membujuk pak ketua ini. Sebelumnya kembali ke soal HP yang tercebur. Mobil kami berhenti untuk membeli beras. Kami berpikir beras akan menyerap air dalam HP. Amjat pun turun. Lalu segera kembali ke mobil sambil tertawa kecil plus senyum mengulum. Berita gembirakah?

Kami pun heran lalu menghujaninya dengan prtanyaan. "Pak ada beras?" Amjat bertanya ke bapak yang ada di warung. Bukannya tanya yang lain-lain, penjual itu justru menanyakan pertanyaan di luar dugaan. "Apa yang jatuh?" Sontak pertanyaan ini membuat Amjat yang bersedih dapat sedikit terhibur. "Aku mau tanya sebenarnya, bapak ini pedagang atau cenayang hehe.....luar biasa dia, tahu ada barang yang tercebur ke air!" Haha.....tawa renyah pun mengurai tapi tak juga melupakan ingatan kami untuk memperpanjang malam sebab esok adalah hari terakhir trip Belitung.

Kasak kusuk....bisik Sana sini, bahkan ketika sampai penginapan pun belum ada jawaban pasti. Kami turun dari mobil satu persatu masih dengan sebuah asa di hati, nongkrong bareng di kafe Belitung. Luar biasa rombongan ini, setibanya di penginapan kami masih betah berada di luar, jadilah sebagian dari kami tak masuk kamar. Saya pun kembali mendatangi pak ketu, "Gimana pak, massa mendesak saya, supaya ada keputusan nongkrong bareng?"  Beberapa saat kemudian. Terjawablah.

Tak perlu lama, semua rombongan naik ke mobil- kecuali beberapa teman dari Singapur tak melanjutkan malam. We were so lucky. Setelah melewati beberapa tempat yang mirip kafe semuanya penuh, masih tersisa satu tempat untuk 13 orang. Ah akhirnya nongkrong bareng juga di caf Little Lengkuas lengkap dengam live music. Bayu, kami dapuk untuk menyanyi Asal Kau Bahagia- by Shanin. Sontak kafe yang tampak lengang dan sepi menjadi gaduh dengan ulah kami. Sedikit banyak kafe kami buat bak dalam mini concert haha.....Bahkan sampai pegawai kafe pun larut dengan kgembiraan kami, sampai mengabadikan kami dengan kamera plus mem-video-kan keseruam yang paripurna. Pokoknya seru abiezzz.... Lanjut di hari ke 3 ya....(Rumi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun