Mohon tunggu...
Rumi Silitonga
Rumi Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Teacher and Writer

Menulis itu fun, gak bayar dan bisa mengekspresikan isi hati lewat tulisan bahkan 'isi hati' lingkungan di mana pun saya berada. writing will calm your mind n attitude

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Alaminya Tangkuban Perahu, Moderennya Farm House

21 Februari 2017   20:49 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:22 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serba serbi Bandung sampai soerabi
Bandung selalu saja memesona. Sebaiknya berangkat pagi-pagi sekali menuju kota kembang ini, sehingga udara sejuk lagi segar masih sangat terasa.

Bersama Yansen, Erni, Mona, Ida, Noah dan Jessica, tentunya saya juga serta menembus pagi buta menuju Bandung. Dengan transportasi publik menuju kota berhawa sejuk ini juga sangatlah mudah, sebab Bandung adalah daerah yang ramah transportasi- alias mudah dijangkau.

Jam 8 pagi kami tiba di Bandung dan langsung menuju destinasi wisata pertama. Adalah Tangkuban Perahu tempat yang kami putuskan untuk disambangi. Tertera di loket pembayaran jam operasional dari jam tujuh pagi sampai jam lima sore. Sebentar kami berhenti untuk membayar tiket masuk. Senin sampai Jumat, Rp.20.000/ orang dan Hari besar, termasuk Sabtu dan Minggu Rp.30.000/ orang dan kendaraan pribadi Rp.35.000.

Sejak memasuki gerbang lokasi wisata banyak pedagang masker mulai menjajakan masker. Masih sangat terjangkau, harga yang ditawarkan saat itu Rp.10.000 untuk tiga masker. Beberapa meter sebelum benar-benar sampai ke areal Tangkuban Perahu harus sudah mengenakan masker sebab aroma belerang yang sangat tajam. Pesona alam yang asri akan memanjakan mata kita sampai kita tiba di Tangkuban Perahu.

Daya tarik wisata Tangkuban Perahu yang berlokasi di Lembang ini memang sangat memesona. Gunung Tangkuban Perahu adalah wisata dengan suhu alam gunung, maka tak heran suhu udaranya terbilang ekstrim di mana pagi hari mencapai 17°C dan siapa nyana malam hari sampai minus.

Mengunjunginya tak akan menyesal sebab kawasan ini merupakan kawasan pegunungan terbaik dengan hutan yang masih sangat terjaga keasrian dan kelestarian hutannya. Meskipun terbilang gunung aktif tapi dinyatakan tidak berbahaya, artinya layak dikunjungi wisatawan. Maka tak heran banyak pengunjung yang memasukkan wisata alam ini dalam daftar destinasi wisatanya.

Usahakan tiba pagi hari sehingga tidak sulit untuk mencari parkiran kendaraan. Benar saja kami tiba pada waktu yang pas. Belum terlalu banyak orang. Awalnya hanya kaos dan celana pendek- sudah terlalu panas di Jakarta kami merasa yakin bisa menahan suhu yang super dingin. Yansen mencoba ke luar dari mobil teebih dahulu lalu segera kembali untuk melaporkan suhu udara, "Gak salah kostum kalian? Ini aseli dingin." Setengah tidak percaya namun Yansen yang tidak kurus saja mengatakan suhunya dingin, apalagi kami. Tangan kami langsung bergerak lincah mengambil baju, kaos dan sweater yang ada, yang bisa dipakai untuk segera ke luar mencicipi udara pegunungan. Ggrrr.......dingin bingitss!

Lima menit pertama kami sungguh tersiksa dengan dinginnya udara yang sampai ke tulang- tulang....ggrr.....untuk berbicara juga butuh perjuangan. Sebaiknya pembaca yang ingin melipir ke lokasi ini jangan lupa memakai kostum setebal mungkin plus sarung tangan.

Tepat di hadapan kami ada kawah yang meski tak nampak belerang tetap saja aromanya sangat menusuk, bisa jadi dari dua kawah lainnya. Di areal ini terdapat tiga kawah yang sudah berumur puluhan ribu tahun. Kami persis berada di tengah lokasi wisata, kami dapat dengan mudah menjelajah dan menyisir sisi kiri dan kanan.

Saya pandangi kawah kosong yang sangat dalam. Lekuk-lekuk garid kawah tampak jelas. Siapa yang dapat "mengukir'' seindah itu jika bukan Tuhan.

Kami menjelajah ke sisi kanan terlebih dahulu tampak bukit yang menjulang tinggi ditutupi pepohonan. Dari foto tampak dekat, sesampainya di sana begitu jauh dari jangkauan. Ada jalan setapk yang dapat mengantar kita ke sana, namun apa daya kami hanya memandanginya saja sari ketinggian kurang lebih 10 meter. Di lokasi ini setiap sudut juga menjajakan keindahan yang tak kalah elok. Benar-benar memanjakan mata. Meski sudah mengenakan pakaian berlapis tetap saja masih kurang akibatnya kami sering gemetar. Ggrr....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun