Mohon tunggu...
Rumi Silitonga
Rumi Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Teacher and Writer

Menulis itu fun, gak bayar dan bisa mengekspresikan isi hati lewat tulisan bahkan 'isi hati' lingkungan di mana pun saya berada. writing will calm your mind n attitude

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pulau Padar yang Tak Pernah Pudar

4 Juli 2016   18:45 Diperbarui: 8 Juli 2016   19:38 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="kerrrernnnn...."][/caption]Hari ke tiga berpetualang di Flores. Siap? Berangkat! Pagi jam 4 kapal Mega Fammase yang terdiri dàri 2 kamar tidur, 1 toilet, 1 dapur dan ada ruang kemudi persis di depan 'ruang tamu' ini menyalakan mesin pertanda siap melaut menuju pulau Padar. Dibutuhkan waktu hampir tiga jam dari Pulau Kalong menuju P.padar.

Brrr....bunyi mesin kapal sepanjang jalan. Kami masih setengah sadar ketika mentari menyeruak masuk menyapa ramah. Pagi seperti bergerak cepat-gitu sih perasaannya. Kami sarapan kilat-bagi yang bangun kesiangan- lalu berangkat naik ke Pulau Padar.  Dari kapal kami dapat melihat jelas ketinggiannya bagi yang tak suka petualangan fisik akan berpikir bisa atau tidak.

Kami berjlan santai sekitar 40 menit di jalan setapak berpasir dan berbatu- persis seperti pulau-pulau sebelumnya dan tetap masih sama, beristirahat beberapa kali. Perlu usaha lumayan keras bagi mereka yang tak biasa mendaki gunung demi menyusuri jalan setapak mendaki bukit setinggi sekitar 500 meter dengan kemiringan rata-rata 45 derajat tersebut. Hati-hati! Hii....jatuh ke kiri bebatuan berbalut rerumputan.

Jalan tengah penuh bebatuan dan pasir yang setiap saat dapat menjatuhkan kita. Sisi kanan jurang yang dalam. Beberapa kali meski sudah sangat berhati-hati saya tetap saja terpeleset tapi tanpa lecet. Thank God banyak tangan arjuna yang membantu saya untuk tetap naik sampai puncak. "Yogi tolong dong...!" Gak lama fuihh...nyaris terpeleset kali ini Lucki. "Woii Luck tungguin dong!" Trekking yang membutuhkam nyali untuk 'menaklukkannya'. Namun sebelum sampai puncaknya kami sudah disuguhkan pemandangan nan elok alhasil studio foto dadakan pun tercipta.

rangkaian pulau berdiri berjajar kokoh sementara dari tempat kami berpijak terhampar bebatuan besar yang disediakan alam sebagai lokasi untuk mengabadikan momen bagi setiap orang. Silakan foto... Batu kanan, Kiri, depan atau belakang! Ssttt rerumputan dan ilalang menjadi properti tersendiri yang kian memesonakan pemandangan. Jangan sia-siakan properti alam ini hehe….keren kan hasil foto kita sampe tobat bin kapok kayaknya cowok-cowok deket tim cewek dari Jakarta ini wkwkkw…sabar bos….

Siapapun yang ke tempat ini mendadak jadi foto model, kecuali Beli Suda ni tak bergeming hehe...kamu mau pemandangan alam yang gimana lagi? Luar biasa menantang medan yang ada di hadapan kami. Setiap saat lengah sedikit saja kita bisa jatuh. Perlu waspada ketika menjejakkan kaki di batu. Meski terlihat besar dan kokoh tetap harus ekstra hati-hati dan waspada. Sebab sangat besar kemungkinan batu yang kita Kira kokoh justru rapuh dan brakk… jatuh.

Ini bisa jadi tips bila telah menjejakkan kaki di pucak padar, berdirilah sejenak menikmati kedahsyatan Sang Pencipta yang terhampar di hadapan kita. Sumpah ini asli kereñ berada di puncak Bukit di Pulau Padar dengan latar belakang teluk-teluk yang ada di pulau yang berada di kawasan Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai barat, Nusa Tenggara Timur.

Puas berlama-lama menikmati suguhan alam yang super indah maka bersiap-siaplah untuk turun meninggàlkan pemandangan tiga danau di Laut Flores.

Tiga lekukan besar di kedua sisi tebing di Pulau Padar, baik yang menghadap Pulau Komodo maupun Pulau Rinca, memang terlihat seperti tiga tepi danau yang melingkar. Airnya yang biru terlihat kontras dengan pasir putih di pantainya. Rasa lelah dan dahaga saat mendaki bukit itu pun terbayar.

Ketika menuruni Pulau Padar tetap saja selalu ada ide kreatif dalam menemukan spot foto. Eitts…tetap hati-hati ya... Makin menantang alamnya akan makin ciamik hasilnya tapi harus makin waspada.

Kami kembali ke kapal dengan jalan berbeda. Jangan jauh-jauh dari rombongan sebab banyak jalan setapak yang akan tampak dan ini dapat membingungkan jika kembali ke kapal dengan mengambil jalan sendiri. Ahh…sampai juga ke kapal untuk sarapan berat-nasi dan 'kerabatnya'.

Kelar sarapan kapal kembali beroperasi menuju Rinca. "Perjalanan menuju Rinca membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Jadi yang mau istirahat atau men-charger silakan," tour leader penuh humor ini memberi pengumuman. Listrik pun berjadwal. Jadi tak bisa egois dan sesuka hati untuk memakai listrik.

Dua belas peserta- artinya gak ada yang menyerah nih sampai hari terakhir… tentu punya pilihan-pilihan berbeda dalam mengisi waktu dua jam. Ada yang ngobrol, tidur atau duduk saja di kapal bagian depan menikmati ombang-ambing gelombang laut saja. Saya memilih beringsut ke kamar untuk merampungkan tulisan. Sesekali saya berhenti menulis untuk melihat air laut dari kamar. Begitu dekat dengan alam. Sesekali terhalang baju-baju yang dijemur oleh teman-teman. Geser dikit Gan jemurannya. Hmmm…siapa tu yang jemur dekat kamar gue?

Belum tiba makan siang kami sudah tiba di loh buaya pulau Rinca. Di sini kami melihat komodo dan kehidupannya. Luas Loh buaya 21 hektar ini memilki dua trek. Trek panjang dan dekat, demikian info dari ranger. Kami memilih trek dekat. Kami naik ke Loh Buaya di Rinca siang hari. Satu hal yang harus diingat jam berapa pun di Flores selama matahari masih nampak maka waktunya memakai sunblock. Panasnya tak terkalahkan; sing ada lawan. Di lokasi wisata alam mana pun selama masih di Flores ya pasti panas. Panas jaminan mutu he he...

Di Loh Buaya kami melihat komodo jantan dan anak komodo. "Jadi anak komodo ini akan segera lari ke pohon begitu menetas. Selanjutnya menetap di pohon selama tiga tahun pertama. Jika tak lari ke pohon anak komodo ini bisa langsung dimangsa bahkan oleh induknya sendiri," jelas ranger. Kami kembali trekking di tengah panas terik. Peluh bercucuran seperti hujan yang tak kunjung berhenti. Tak terbayangkan panasnya ah sudahlah (bukan Beli Suda ya he he). Tapi kami jalankan saja menapaki tanah berpasir lagi berbatu. Naik.. Naik....masih jauh. Kami sempat melihat 4-6 anak komodo di beberapa lokasi dan 3 komodo dewasa.

Ketika sampai di puncak dari short trekking sepanjang mata memandang hanya ada satu pohon yang dapat diandalkan untuk tempat berteduh. Beberapa orang berteduh sementara ada juga yang tampak serius ‘mewawancarai’ ranger. Buat karya ilmiah yaks? Go back then to weather luar biasa panasnya di atas puncak Rinca. Pastikan kondisi fisik kita  baik sebab jika tidak kita bisa mendadak pusing lantaran panas menyengat.

Bila bertemu komodo tetaplah berhati-hati, bisa-bisa kita dikira makanannya yang siap dimangsa. Satu info lainnya jangan biarkan pakaian atau barang perlengkapan kita bergelantungan dan melambai jika tak ingin dikira makanan komodo. HTM untuk wisatawan lokal dan asing berbeda. Untuk lokal Rp60.000,00 sementara asing berkisar Rp200an. Jangan lupa sebelum meninggalkan Loh Buaya berikan tip kepada ranger. Satu ranger dapat memandu 4 sampai 5 peserta saja ini bertujuan untuk menjaga keamanan pelancong. Tip untuk setiap ranger seiklasnya saja tapi biasanya berkisar Rp50.000an.

Usai mandi keringat sepanjang perjalanan kami kembali ke kapal untuk makan siang. Jangan dibayangkan panasnya, sungguh tak terkira fuihh... Jadi bawalah topi dan kaos berlengan panjang.

Destinasi selanjutnya perlu waktu sekitar 2 jam menuju Pulau Kelor. di sini kami dapat snorkeling atau duduk-duduk manis saja. Selesai dengan senang-senang di pulau kelor kami beringsut pulang ke Labuan Bajo. Cayo.... Rampung, kelar, done liburan kali ini... Semua senang? Yes! So from the bottom of my heart let me thank you one more time guys however you’ve coloured some of my days.You are rock guys…Lita, Lora, Agus, Evan, Nicko, Tika, Bima, Suda, Yogi, Andri dan Lucki, plus kepala suku DKK-Reno. Untuk Agus, Nicko, Lita dan Lora ada satu cerita lagi yaks heheh…cerita seru di 23 Juni 2016… the end….(rumi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun