Ketika menginjak pendidikan lanjut di perguruan tinggi alias kuliah, saya menemukan beberapa tipikal kesibukan mahasiswa. Ada mahasiswa yang kuliah sambil pergi bermain. Ada mahasiswa yang kuliah sambil sibuk dengan dunia organisasi baik di internal maupun eksternal kampus. Ada mahasiswa yang hanya fokus kuliah saja, tipikal akademik tingkat akut. Serta ada mahasiswa yang kuliah sambil menjalankan pekerjaan lain, entah itu pekerjaan utama ataupun sampingan.Â
Saya menyadari bahwa saya sangat suka jajan, tapi budget bulanan tentu tidak mampu untuk meng-cover kebiasaan saya yang suka jajan itu. Saya sadar hal itu, maka sewaktu kuliah saya mencari lowongan untuk kerja sampingan. Sampai pada akhirnya saya ditawari oleh teman kampus untuk mendaftar lowongan kerja sampingan sebagai operator di salah satu warnet di dekat kampus. Saya pun akhirnya bulat tekad mendaftar menjadi operator di warnet tersebut, dan saya pun diterima.Â
Proses adaptasi dengan work flow di tempat tersebut dapat saya ikuti dengan baik, karena memang saya cepat untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, termasuklah di lingkungan kerja.Â
Keputusan untuk melakoni pekerjaan sampingan sembari kuliah tentu saya putuskan dengan pertimbangan terlebih dulu. Saya sadar bahwa melakoni kerja sampingan tentu memiliki konsekuensi adanya persinggungan dengan aktivitas perkuliahan saya. Namun, kala itu saya sudah menyelesaikan mata kuliah teori, dan tinggal pengerjaan skripsi saja. Karena kesibukan perkuliahan yang sudah lenggang tersebut, saya berani untuk melakoni kerja sampingan.Â
Beberapa kali saya mengalami yang namanya crash dalam manajemen waktu. Ya, konsekuensi dalam melakoni kerja sampingan yang paling nyata adalah effort ekstra dalam manajemen waktu.Â
Kegiatan di dunia perkuliahan yang kadang mendadak ada beberapa kali bentrok dengan jadwal shift kerja sampingan saya di warnet. Meski tidak berimbas fatal, tapi beberapa kali itu juga saya harus bergerak cepat untuk berpindah dari kampus ke warnet. Profesionalitas kerja harus saya tunjukan sebagai seorang akademisi.Â
Terkadang saya juga mendapat tawaran job dari kampus di beberapa event, seperti peliputan acara kampus, pengarsipan, penyuntingan, dan lain-lain. Semua itu bisa saya ambil dengan menimbang waktu terhadap aktivitas lain, serta dengan memastikan saya memiliki waktu beristirahat yang cukup dan ideal. Sehingga, demi mendapatkan uang tambahan saya tidak sampai mengorbankan kesehatan saya pula.Â
Saya juga cukup beruntung, karena kerja sampingan saya di warnet juga cukup fleksibel, ketika saya berhalangan untuk kerja di shift yang telah saya input, saya bisa bertukar shift dengan operator lainnya yang sedang lenggang pada shift tersebut.
 Selain itu, sesama operator di warnet tersebut juga memiliki hubungan yang cair, sehingga selama menjalankan waktu kerja tidak kaku dan terasa santai saja. Dari sini poin yang terlihat adalah saya tidak mendapati ketidak-nyamanan dalam melakoni pekerjaan sampingan saya.Â
Hanya beberapa bulan saja saya melakoni kerja sampingan di warnet tersebut. Saya memutuskan untuk resign karena sudah memasuki tahap yang harus lebih serius dan intensif mengerjakan penelitian skripsi saya. Mempertimbangkan waktu yang tidak mumpuni bila harus melakukan kerja sampingan, saya bulat memutuskan resign.Â
Tips dari saya bagi teman-teman mahasiswa yang hendak melakoni kerja sampingan semasa kuliah, sebaiknya pertimbangkan manajemen waktu yang baik.Â