Setiap ibu dan juga keluarga sudah dipastikan sangat menyayangi dan memberikan yang terbaik untuk bayinya, namun sangat disayangkan banyak yang tidak menyadari bahwa susu dan makanan bayi yang dibelinya yang merupakan bom waktu yang akan berdampak pada kesehatan anaknya kelak ketika dewasa nanti.
Seiring dengan perubahan gaya hidup jumlah ibu yang menggunakan susu formula dan makanan bayi semakin meningkat dan jika dilihat dengan kasat mata produk ini membanjiri pasaran karena permintaan yang tinggi tersebut.
Permintaan yang tinggi ini tentunya tidak terlepas dari meningkatnya pendapatan yang pararel dengan peningkatan persentase ibu yang memilih memberi susu formula dan makanan bayi.
Alasan utama lainnya adalah kepraktisan dalam menyiapkan susu dan makanan bayi ini, sehingga tidak jarang sepanjang hari gizi bayi yang diandalkan sepenuhnya berasal dari susu dan makanan bayi ini.
Salah satu asupan yang menjadi perhatian Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah gula yang mencapai level mengkhawatirkan pada susu dan makanan bayi. Kekhawatiran WHO ini cukup mendasar karena berdasarkan hasil penelitian yang terakhir menunjukkan bahwa bahwa mengurangi asupan gula pada makanan bayi periode 1000 hari pertama kehidupan bayi berdampak nyata pada kesehatan nya kelak jika mencapai usia dewasa.
Penelitian lain yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Southern California menemukan bahwa membatasi asupan gula di awal kehidupan dapat menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2 hingga 35%, dan tekanan darah tinggi hingga 20%.
Tren peningkatan penggunaan susu dan makanan bayi ini terjadi di kawasan Asia Tenggara. Fenomena ini tentunya menurunkan jumlah ibu yang mengandalkan ASI sebagai makanan dan asupan gizi utamanya.
Tren peningkatan ini terjadi pada berbagai produk makanan bayi seperti sereal instan, bubur, makanan yang dihaluskan, makanan dalam kemasan, dan makanan ringan dan terjadi di seluruh Asia Tenggara yang peningkatannya mencapai hampir 200 % dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini.
Tren ini juga tidak terlepas dari gencarnya iklan produk susu dan makanan bayi di media massa dan media sosial yang tentunya sangat mempengaruhi pola pikir ibu dalam memberikan makanan untuk bayinya dengan harga yang cukup terjangkau dan juga sangat praktis.
Salah satu bahan yang digunakan dalam susu dan makanan instan bayi ini adalah kandungan gulanya yang hampir tidak pernah diperhatikan ketika membeli susu dan makanan instan bayi ini.
Gula yang ditambahkan ini harus diwaspadai karena akan berdampak pada kesehatannya kelak ketika mereka dewasa.
Beberapa raksasa produsen susu dan makanan bayi instan yang ada di pasaran memang berdasarkan pernyataannya telah mengikuti standar dan pedoman dari Komisi Codex dalam membuat produknya.
Disamping itu produsen ini menyatakan bahwa gula yang ditambahkan pada susu dan makanan bayi ini telah mengikuti standar yang telah ditetapkan.
Namun, menurut WHO standar yang ada saat ini tidak memadai dan merekomendasikan agar standar tersebut diperbarui dengan fokus khusus pada menghindari gula dan garam dalam makanan apa pun untuk anak di bawah tiga tahun. Imbauan WHO ini cukup beralasan karena berdasarkan studi Unicef terhadap 1.600 makanan bayi di seluruh Asia Tenggara hampir setengahnya mengandung gula dan pemanis tambahan yang pada dasarnya ditambahkan untuk menyamarkan rasa nutrisi penting seperti zat besi, yang memiliki rasa logam, dan nutrisi otak, DHA, yang berbau seperti ikan.
Jika dianalisis lebih dalam lagi tampaknya aturan penambahan gula dan garam dalam produk susu dan makanan bayi di kawasan Asia Tenggara lebih longgar jika dibandingkan dengan aturan yang diterapkan di Eropa.
Di Eropa produsen produk ini wajib mencantumkan apa yang mereka jelaskan dalam konten dan ditempatkan di di bagian depan kemasan sehingga mudah bagi keluarga dan konsumen untuk memahami apa yang baik bagi mereka dan apa yang tidak sehat.
Jadi pada dasarnya para ibu diminta untuk lebih jeli dalam mencermati dan memahami kandungan gula dan garam susu ataupun makanan bayi yang akan dibelinya karena kualitas susu dan makanan bayi yang yang diberikan pada periode 1000 hari kehidupan bayi sangat menentukan kesehatan anak kita di fase dewasanya.
Tujukan: Satu, dua, tiga, empat, lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H