Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Solidaritas Dunia, Faktor Vital Dalam Mengatasi Cacar Monyet yang Mematikan

8 September 2024   09:30 Diperbarui: 8 September 2024   22:53 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa kasus cacar monyet sudah ditemukan di Indonesia hal ini berarti semua pihak harus waspada dan bekerja sama agar penyakit ini tidak menjadi epidemi baru. Satu hal yang harus difahami adalah jika ada kasus cacat monyet yang ditemukan, maka biasanya masih banyak kasus cacar monyet yang tidak terdeteksi.

Cacar monyet yang saat ini melanda dunia dan dengan sangat cepat menyebar merupakan varian baru yang lebih mematikan. Varian ini pertama kali ditemukan awal tahun ini di Afrika Tengah. 

Sejak ditemukan tercatat sudah ada 20.000 orang terjangkit cacat monyet varian baru ini dan menyebabkan kematian 500 orang yang sebagian besar diantaranya adalah anak-anak.

Ditinjau dari epidemiologi episenter dari wabah ini adalah bagian timur Republik Demokratik Kongo di mana kematian terjadi dalam jumlah yang tinggi. Dalam perjalanannya situasi penyebaran cacat monyet ini tidak terkendali dan berkembang menjadi kejadian yang luar biasa sehingga WHO pada pertengahan bulan Agustus lalu mendeklarasikan kondisi darurat dan meminta perhatian dunia internasional untuk serius menanggulanginya.

Data epidemiologi menunjukkan bahwa cacar monyet sudah mulai menyebar 2 tahun lalu dan dengan cepat kejadiannya sudah mencapai Eropa dan juga Amerika. Saat itu perhatian dunia terkait cacar monyet ini memang cukup memadai di Eropa dan Amerika namun sayangnya dunia melupakan Afrika Tengah yang ternyata kelak di kemudian hari menjadi episentum cacar monyet dengan varian yang baru yang lebih mematikan.

Salah satu kesalahan dunia internasional adalah melupakan wilayah Afrika yang merupakan asal usul penyebaran cacar monyet ini dan membiarkan negeri negara di Afrika yang sebagian besar tergolong negara miskin ini tanpa vaksin dalam waktu yang lama. Titik celah inilah yang menyebabkan cacar monyet dengan varian baru bangkit kembali menyebar dan menghantui dunia.

Ironisnya negara di Afrika baru menerima vaksin beberapa minggu lalu ketika USAID mengirim sekitar 10.000 dosis vaksin ke Nigeria dan ke Kongo sebanyak 100.000 dosis vaksin padahal dalam kasus cacar monyet ini vaksinasi berperan sangat penting dalam menahan penyebarannya.

Terlambatnya penyebaran vaksin ke negara-negara di Afrika ini merupakan penyebab utama terjadinya penyebaran varian baru cacar monyet ke seluruh dunia termasuk Indonesia. 

Penanganan dunia terhadap penyebaran cacar monyet ini sangat berbeda dengan ketika Covid-19 mewabah. Saat ini dunia bersatu untuk berlomba mencari dan menemukan vaksin untuk mengatasi pandemi Covid-19.

Namun dalam kasus wabah cacar monyet ini menurut WHO hanya ada 2 perusahaan yang memproduksi vaksin cacat monyet yaitu perusahaan Jepang yang bernama KM Biologics dan perusahaan Denmark yang bernama Bavarian Nordic.

Akibat keterbatasan produksi vaksin ini menyebabkan harga vaksin mencapai US$200 per dosis yang jelas sangat tidak terjangkau bagi sebagian besar negara miskin dan negara berkembang dan ironisnya sebagain besar produksi vaksin ini justru dikirim ke Amerika dan negara kaya lainnya.

Dalam situasi seperti ini tidak dapat dihindari munculnya tuduhan bahwa perusahaan yang memperoduksi vaksin cacat monyet mengekslpoitasi wabah ini dengan tujuan meraih keuntungan sebesar-besarnya karena mereka memegang lisensi teknologi untuk memproduksi vaksin cacar monyet.

Saat ini negera-negara maju memiliki vaksin cacar monyet dalam jumlah besar untuk melindungi warganya. Kapitalisme vaksin cacat monyet inilah yang menyebabkan wabah cacar monyet menyebar dengan cepat terutama di negara negara miskin dan juga di negara berkembang.

Cara kerja ekonomi global yang menempatkan nilai kemanusiaan yang jauh lebih rendah nilai ekonomi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya menyebabkan ketimpangan yang luar biasa dalam kasus wabah cacar monyet ini dimana negara miskin dibiarkan menderika akibat wabah ini.

Saat ini dengan penyebaran cacar monyet yang sangat cepat sekaligus mematikan, dunia memiliki waktu yang sangat terbatas untuk mencegah penyebarannya. Jika upaya mencegah penyebaran wabah ini terlambat dilakukan maka bukan tidak mungkin wabah cacar monyet yang kembali menjadi epidemi yang menghantui dunia. Ketika hal ini terjadi maka tidak ada orang yang dapat mengklaim bahwa dirinya aman dari epidemi cacar monyet yang mematikan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun