Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Lonceng Kematian Science Journalism

8 Agustus 2024   10:35 Diperbarui: 8 Agustus 2024   17:53 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggunaan AI untuk menghasilkan artikel ilmiah populer oleh Cosmos menuai kritik. Sumber: Cosmos Magazine

Minggu ini cerita tragis terkait kelangsungan profesi jurnalis sains yang menunju ambang kematian akibat keberadaan AI dalam memuat artikel ilmiahnya tanpa mengandalkan lagi kontributor penulisnya mejadi berita hangat.

Apa yang terjadi di majalah sains Cosmos di Australia ini menuai kritik pedas dari berbagai kalangan dan juga para pionir pendiri salah satu majalah sains ternama di dunia ini.

Secara tradisi majalah yang kini dibawah kendali CSIRO yang merupakan Lembaga penelitian terbesar di Australia yang menghasilkan artikel ilmiah yang ditulis oleh penulis sains berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran Pustaka yang sahih.

Namun dengan menggunakan hibah Walkley Foundation, majalah sains ini akhirnya memutuskan untuk membangun "layanan AI khusus" guna menghasilkan artikel untuk situs webnya.

Tidak hanya membahayakan keberadaan jurnalis yang berujung pada pemutusan kontrak kerja, layanan AI ini juga tersangkut hak cipta karena menghasilkan artikel tanpa berkonsultasi dan mendapat izin dari para kontributor.

Tidak pelak lagi, keputusan majalah sains populer Australia Cosmos yang menggunakan hibah Walkley Foundation untuk menerbitkan artikel yang dihasilkan dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI) menuai kritik dari kontributor dan mantan editornya sendiri.

Peran layanan AI dalam menghasilkan artikel ilmiah populer dinilai merusak karya jurnalistik yang tentu saja menimbulkan keresahan yang luar biasa di kalangan jurnalis.

Kebijakan drastis majalah ilmiah Cosmos ini tidak terlepas dari kesulitan keuangan yang dialaminya setelah berkarya selama 20 tahun. Walaupun majalah ilmiah Cosmos memiliki reputasi yang sangat luar biasa dengan memenangkan berbagai penghargaan, akibat kesulitan keuangan ini harus memberhentikan separuh dari staf yang dimilikinya.

Di tengah kesulitan inilah tampaknya majalah Cosmos memutuskan untuk menghasilkan artikel berbasis layanan AI dengan berbagai topik yang sedang diminati seperti black hole dan penyerapan karbon.

Pada setiap artikel yang dihasilkan AI di awal artikelnya disebutkan bahwa artikel tersebut dibuat dengan bantuan layanan AI. Dalam hal ini AI mengolah informasi dari lebih 15.000 artikel yang telah dihasilkan, jutaan berita dan fitur sains lainnya untuk menghasilkan konten. 

Walaupun pihak manajemen Cosmos menyatakan bahwa setiap artikel yang dibuat oleh AI ini telah diperiksa oleh komunikator sain yang terlatih dan telah diedit, namun tetap saja para para kontributor menilai tindakan ini merusak peran mereka sebagai jurnalis.

Dalam kasus ini Cosmos bukan merupakan pemegang hak cipta artikel ilmiah karena pencipta karya ilmiah lah yang memegang hak ciptanya. Sehingga apabila karya mereka digunakan oleh AI untuk menghasilkan konten baru tanpa meminta izin kontributor maka dinilai melanggar hak cipta.

Artificial Intelligence memang menjadi sumberdaya sekaligus alat yang sangat berharga dalam bidang jurnalis jika digunakan secara etis yang berarti pihak Cosmos seharusnya melakukan konsultasi dengan pada staf dan kontributor terkait penggunaan AI yang tidak diperuntukkan untuk menggantikan peran mereka.

Jadi dalam kasus ini artikel yang dihasilkan oleh AI dapat saja memenuhi etika jika jurnalis tetap memegang kendali editorialnya.

Jika penggunaan AI ini ditujukan oleh Cosmos untuk mengurangi biaya karena majalah ini sedang mengalami kesulitan keuangan, maka tindakan ini dapat dinilai melanggar etika. 

Namun jika sebaliknya penggunaan AI ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas artikel yang ditulis oleh para kontributor, maka tindakan ini masih dapat ditolerir.

Apa yang terjadi di majalah Cosmos ini tentunya tidak merupakan kasus satu satunya karena sederetan kasus yang sama sedang melanda dunia jurnalis di seluruh bagian dunia.

Keberadaan AI memang tidak dapat ditolak karena memiliki manfaat yang sangat besar, namun penggunaan AI tanpa disertai etika dan logika dalam dunia jurnalistik akan berubah menjadi pisau tajam yang akan membunuh profesi jurnalistik untuk selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun