Pertanyaan yang muncul sekarang apakah  jalur diplomatik di PBB yang baru saja  memutuskan meningkat status Palestina di PBB  yang didukung oleh 143 negara (catatan :  Amerika Serikat, Israel dan tujuh negara lainnya memilih tidak terhadap peningkatan staus tersebut, sementara 23 negara abstain) akan berdampak positif pada perdamaian? Paling tidak keputusan ini mencerminkan rasa frustrasi dunia terhadap konlik Israel dan Hamas yang berpanjngan dan  telah memakan korban jiwa yang  sangat besar
Dari sisi Israel hambatan terealisasinya solusi dua negara ini justru datang dari Netanyahu karena karir politiknya dibangun atas ketidak setujuan berdirinya negara Palestina. Hasil kesepakatan antara Presiden AS Bill Clinton, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan Ketua PLO Yasser Arafat  terkait  perjanjian perdamaian Israel-PLO pada tahun 1993 tampaknya masih jalan ditempat.
Banyak kalangan yang menilai bahwa perubahan sikap  Joe Biden hanya terbatas pada kata kata saja dan belum sampai pada mengambil tindakan tegas karena masih terjebak pada berbagai kepentingan poitik yang dihadapinya utamanya pemilihan presiden yang semakin dekat.
Jika dibandingkan dengan sikap presiden lAmerika ainnya maka sikap presiden Ronald Reagen dianggap yang paling tegas terhadap Israel utamanya ketika Israel di tahun 1982 melakukan pengeboman di Beirut  dan ketika itu Ronald Reagen langsung menelpol  Perdana Menteri Israel Menachem Begin dengan ultimatum yang sangat tegas yaitu menghentikan pengeboman atau Amerika menarik bantuan militer. Ultimatum Reagen ini berhasil karena dalam hitungan jam Perdana Menteri Israel menghentikan pengeboman.
Joe Biden diperkirakan tidak dapat mengambil sikap tegas seperti yang dilakukan oleh Reagen karena dalam menghadapi pemilihan presiden mendatang nasibnya akan sangat ditentukan oleh kelompok lobi Israel yang diperkirakan akan marah jika Joe Biden mengambil keputusan untuk menghentikan bantuan militernya kepada Israel.
Pecah kongsi Joe Biden dan Netanyahu ini membuat konflik Israel dan Hamas semakin tidak menentu, apalagi setelah Israel memutuskan melakukan operasi militer di Rafah walaupun ditentang oleh dunia internasional. Oleh sebab itu diperlukan berbagai upaya agar konflik ini dapat diredakan  dan korban masyarakat sipil dapat dikurangi.  Hal lain yang lebih penting adalah jumlah pengungsi yang mencapai jutaan saat ini  dalam kondisi memprihatinkan dari sisi kekurangan gizi, layanan  kesehatan yang apa adanya dan pendidikan yang terhenti total.
Sejarah  mencatat bahwa konflik Israel dan Hamas ini merupakan salah satu perjalanan  sejarah kemanusiaan yang paling kelam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H