Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Teknologi Rekayasa Kebugaran Tubuh Akankah Menjadi Kenyataan?

1 Januari 2024   07:40 Diperbarui: 1 Januari 2024   10:35 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:  scitechdaily.com 

Setiap orang pasti tidak akan membantah bahwa olahraga sangat bermanfaat bagi tubuh karena disamping menjaga kebugaran juga meningkatkan imun tubuh.  Namun sayangnya tidak semua orang dapat melakukannya dengan berbagai alasan seperti misalnya kesibukan, faktor usia, tidak adanya fasilitas yang memadai dan alasan lainnya.

Olahraga teratur dalam porsi sedang dapat memberikan manfaat besar, mulai dari menjaga kadar glukosa darah tetap stabil hingga mengurangi risiko terkena osteoporosis atau penyakit Alzheimer. Olahraga merupakan pengobatan yang terbaik dan terbukti dapat mengurangi risiko demensia hingga 45%, serta menjaga kekuatan tulang, kelenturan pembuluh darah, serta  pemulihan serat otot.

Hasil penelitian terbaru yang dipublikasikan di Jurnal Ilmiah bergengsi British Medical Journal menunjukkan bahwa melakukan olahraga selama  75 menit saja dalam seminggu terbukti mengurangi risiko kanker, penyakit jantung, dan kematian dini, dibandingkan dengan tidak berolahraga.

Sejak lama para ilmuwan bermimpi dan bekerja  keras untuk memimik efek positif olahraga ini  dengan menggunakan cara yang lebih mudah sehingga  dapat dilakukan oleh semua orang.  Angan angan para ilmuwan ini tampaknya akan segera menjadi kenyataan karena teknologi rekayasa kebugaran ini sedang dalam tahap ujicoba klinis  dan  jika berhasil akan membuka cakrawala baru dalam bidang ilmu kesehatan.

Saat ini di Norwegia sedang diujicobakan secara klinis temuan baru yang dinamakan ExPlas (catatan: merupakan singkatan dari Exercise - Plasma) yang  melibatkan pengambilan plasma darah dari orang dewasa muda dan sehat yang berolahraga secara teratur dan menyuntikkannya ke orang berusia antara 50 dan 75 tahun pada tahap awal penyakit Alzheimer. Melalui teknologi ini diharapkan akan terjadi peremajaan pikiran dan tubuh pada lansia ataupun orang yang malas melakukan olahraga.

Perlu diketahui bahwa ketika kita berolahraga maka akan terjadi pelepasan berbagai hormon  ke dalam pembuluh darah, namun sampai saat ini belum teridentifikasi hormon mana yang memiliki efek positif seperti halnya jika kita melakukan olahraga.  Oleh sebab itu, teknologi penyuntikan plasma dari orang yang rajin melakukan olahraga ini merupakan cara mentranser hormon hormon yang berpotensi memberikan efek positif pada pasien.

Pendekatan lain yang sebelumnya pernah dilakukan yang menjadi dasar pemikiran terapi plasma ini adalah penemuan irisin yang merupakan hormon yang dilepaskan oleh otot selama berolahraga.  Hormon ini berfungsi membawa pesan yang akan dikomunikasikan ke berbagai organ  tubuh.  Irisin ternyata terbukti dapat mencapai otak dan berfungsi membersihkan plak amyloid beracun yang merupakan salah satu penyebab munculnya penyakit Alzheimer.

Dengan menggunakan hewan percobaan  ditemukan bahwa  peningkatan kadar irisin dapat mengubah sel-sel lemak normal menjadi lemak coklat (brown fat) yang membakar energi yang  menyebabkan hewan pengerat tersebut menurunkan berat badan bahkan sekalipun diberi  diet tinggi lemak.

Hasil penelitian  ini menunjukkan bahwa olahraga memberikan manfaat yang positif dan jika dimanfaatkan akan dapat membantu  melindungi otak dari demensia dan jika ditindaklanjuti dengan langkah pemanfaatan irisin sintetik dan melakukan rekayasa gen maka akan lebih banyak diproduksi irisin sebagai bahan untuk disuntikkan ke dalam tubuh.

Serangkaian penemuan ini tentunya membuka harapan baru untuk memimik efek positif olahraga dan memanfaatkannya.  Oleh sebab itu bukan tidak mungkin efek positif olahraga ini nantinya dapat dikemas dalam pil atau kapsul  yang memungkinkan orang dapat mengkonsumsinya semudah meminum vitamin.

Peneliti lain di Tokyo Medical and Dental University juga sedang berupaya untuk zat kimia  yang ditimbulkan oleh olahraga ini untuk tujuan  melindungi terhadap osteoporosis dan sarkopenia (hilangnya massa dan kekuatan otot) yang diharapkan dapat menghasilkan obat baru untuk mencegah kelemahan otot dan tulang untuk memulihkan kemampuan bergerak. Para peniliti ini berhasil menemukan  lokamidazole yang dapat menstimulasi dan meningkatkan lebar dan fungsi otot serta meningkatkan pembentukan tulang  pasein yang mengkonsumsinya.

Mengubah olahraga menjadi obat merupakan ide yang cemerlang namun tentunya harus dilakukan secara hati hati utamanya jika ada efek sampingnya sebagai mana yang disampaikan oleh peneliti dari Universitas Stanford di California terkait dengan AMPK (adenosine monophosphate-activated protein kinase) yang merupakan ensim yang diaktifkan oleh olahraga yang memiliki fungsi positif dan juga memiliki efek negatif.

AMPK berfungsi  merangsang pembersihan kelebihan gula dalam darah sehingga mengurangi kemungkinan diabetes tipe 2. Namun sistem AMPK sangat kompleks dan pengaktifannya mempengaruhi banyak jaringan berbeda di tubuh, sehingga tidak hanya terkait dengan glukosa darah saja namun juga menimbulkan dilatasi kardiomiopati yang berbahaya.

Dari hasil penelitian ini terlihat jelas bahwa walaupun para ilmuwan berhasil menciptakan pil olahraga tentunya tidak akan dapat memimik sepenuhnya efek positif olahraga karena melibatkan sistem yang kompleks dan banyak hormon dan zat kimia lainnya yang terlibat. Oleh  sebab itu sangat realistis jika penelitian pengembangan pil olahraga ini difokuskan pada dua tujuan  yaitu pertama untuk perlindungan pada otak dan  kedua untuk perlindungan terhadap pelemahan otot dan osteoporosis.

Para peneliti juga berhasil  menemukan zat metabolit yang disebut Lac-Phe (N-lactoyl-phenylalanine) yang diproduksi tubuh selama lari cepat atau latihan ketahanan. Lac-Phe dilepaskan ke aliran darah dan dapat mencapai otak yang berakibat penurunkan nafsu makan. Penemuan  Lac-Phe memungkinkan dikembangkannya metode baru untuk mengatasi obesitas karena selama ini obat untuk mengurangi obesitas walaupun berfungsi namun belumlah efektif.

Peneliti lain dari Salk Institute for Biological Studies di San Diego, California memfokuskan perhatiannya untuk mempelajari protein yang disebut PPAR-delta (peroxisome proliferator-activated receptor-delta), yang aktif jika orang melakukan olahraga. PPAR-delta dapat membantu kita meningkatkan proporsi serat otot dan memberi tau tubuh untuk beralih dari pembakaran gula menjadi lemak.

Pola pikir untuk menemukan pil olahraga ini memang sangat menjanjikan dan  jika berhasil akan menjadi terobasan  yang spektakuler, namun akal sehat kita tentunya berikir mengapa kita harus mengkonsumsi pil ini jika kita memang memiliki kesempatan untuk berolahraga untuk mendapatkan semua efek positif ini?

Salam olahraga, selamat tahun baru 2024

Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat. Lima, enam, Tujuh, Delapan, Sembilan, Sepuluh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun