Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kegalauan Akan Menamatkan Karier Politik Joe Biden

24 Desember 2023   09:25 Diperbarui: 24 Desember 2023   20:47 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Popularitas Joe Biden kini berada di titik nadir. Photo: pbs.org 

Sikap dan dukungan penuh Amerika terhadap Israel sangat jelas terungkap beberapa saat setelah terjadi serangan Hamas ke Istrael tanggal 7 Oktrober 2023 lalu dengan mengunjungi Tel Aviv dengan mengatakan "Israel, kamu tidak sendirian," "Amerika Serikat mendukung Anda."

Di awal serangan balik Israel ke Gaza sikap Amerika yang mendukung penuh Israel ini tampaknya tidak goyah, namun dengan berjalannya waktu setelah dunia menyaksikan puluhan ribu kali pengeboman Gaza yang meluluh lantakan pemukiman, rumah sakit, tempat pengungsian dllnya yang memakan korban jiwa sangat besar, langkah Joe Biden ini mulai menuai kritik dan resitensi dari dunia internasional dan dari dalam negeri.

Di dalam negeri Joe Biden mendapat protes dari publik dan bahkan dari partainya sendiri yang menyebabkan popularitas nya berada di titik nadir dan berada di bawah popularitas wakil presidennya. 

Di dunia maya "Genosida Joe" menjadi trending topik karena dianggap Joe Biden berkontribusi besar atas terjadinya korban jiwa yang sangat besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Di tengah tekanan international di forum PBB ternyata dukungan Joe Biden terhadap Israel tidaklah surut seperti dugaan banyak kalangan. Secara tradisional Amerika memang menjadi pendukung utama Istrael utamanya dalam bantuan dan penjualan peralatan militer dengan dalih Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri.

Berdasarkan data yang dikeluarka oleh ABC, dukungan penuh Amerika ini tampak jelas dari bantuan militer Amerika setiap tahunnya yang mencapai angka Rp. 58.774.030.000.000.00 dan angka ini melonjak tajam pasca 7 Oktober setelah serangan Hamas ke Israel menjadi Rp. 221.175.955.000.000.00. Persetujuan bantuan dana besar besaran ke Israel ini mendapat persetujuan partai Demokrat dan Republik di parlemen ini sekaligus menguatkan fakta bahwa Amerika memang merupakan pendukung utama Israel.

Disamping itu ada juga penjualan sebanyak 13 ribu amunisi tank yang kebijakannya diambil tanpa melalui persetujuan kongres. Berdasarkan laporan New Tork Times dan CNN ternyata amerika telah mengirim lebih dari 5.000 amunisi MK-84 ke Israel. Amunisi MK-84 ini tergolong amunisi kelas berat karena dengan beratnya 900 kilogram per amuninsinya bom ini memiliki daya ledak yang sangat dahsyat, sehingga negara barat pun jarang menggunakannnya untuk wilayah berpenduduk padat. Namun kenyataannya data satelit menunjukkan bahwa Israel menggunakan bom ini di wilayah Gaza yang padat penduduknya.

Sikap Amerika yang menyetujui resolusi Dewan Keamanan PBB untuk akses yang lebih luas lagi untuk bantuan kemanusiaan di Gaza memang cukup membingungkan karena sikap ini jelas bertolak belakang dengan dukungan Israel di lapangan utamanya untuk bantuan peralatan militer dan amunisi.

Di dalam negeri Joe Biden mendapat tekanan untuk menerapkan syarat penggunaan pasokan persenjataan tersebut agar tidak digunakan unutk melakukan pengeboman tanpa pandang bulu yang banyak memakan korban jiwa termasuk perempuan dan anak anak karena tindakan ini tegolong melanggar hukum internasional.

Persepsi negatif yang menimpa Joe Biden ini tampaknya disadari betul oleh dirinya dan juga penehatnya karena jika tidak diambil langkah yang tepat akan menamatkan karir politik Joe Biden sekaligus berdampak besar pada partai pendukungnya.

Perubahan sikap Joe Biden ini tercermin dari pernyataan Menteri Luar Negeri Antony Blinken setelah kunjungannya ke Timur Tengah yang menyatakan bahwa terlalu banyak warga Palestina yang terbunuh. Pernyataan Blinken ini sontak saja menjadi pemberitaan utama karena dianggap sebagai perubahan sikap Amerika yang mengkritik tindakan militer Israel.

Perubahan sikap Joe Biden dari mendukung Istrael tanpa syarat dan berubah ke arak kritik terhadap Israel tentunya tidak lepas dari tekanan publik Amerika dan juga Internasional yang menyerukan gencatan senjata secepatnya dan penghentian genosida.

Perubahan sikap Joe Biden ini ternyata mendapat resistensi dari Benjamin Netanyahu yang menolak untuk mengijinkan masuknya bantuaan kemanusiaan ke Gaza yang tentunya membuat Joe Biden tambah frustrasi. Rasa frustrasi Joe Biden atas sikap Israel yang tidak mau tunduk dan tidak mau menerima masukannya ini juga tercermin ketika terjadi pengeboman rumah sakit, Joe Biden hanya dapat berkata seharusnya rumah sakit harus dilindungi.

Perubahan sikap dan rasa frustasi Joe Biden ini juga tampak ketika di awal invasi Israel Joe Biden menyebut mitra ini sebagai teman baik, namun pasca serangan yang membabi buta Joe Biden meminta Israel untuk berubah sekaligus menuduh Israel melakukan serangan tanpa pandang bulu yang menimbulkan korban jiwa yang sangat besar.

Bahkan Joe Biden mengatakan bahwa Israel mendapat dukungan yang sangat besar dari dunia internasional, namun kini mulai kehilangan dukungan akibat pengeboman tanpa bulu tersebut. Pembelaan diri Netanyahu atas pengemboman ini tidak ada bedanya dengan ketika Amerika melakukan pengeboman terhadap Jerman di Perang Dunia kedua tentu saja membuat Joe Biden semakin frustrasi.

Dalam pemungutan suara di PBB atas keprihatianan dunia atas situasi kemanusiaan yang semakin memburuk ini ada 153 negara yang menuntut dan menyetujui gencatan senjata sesegera mungkin dan ada 10 negara yang menentangnya termasuk di dalamnya Amerika dan Israel, sisanya sebanyak 23 negara abstain.

Sikap pimpinan negara Barat yang masih tetap mendukung Israel namun mengutuk pengeboman membabi buta Istrael tentu saja menjadi sinyal bagi Joe Biden sekaligus menjadi dasar perubahan sikapnya.

Kini Joe Biden berada di persimpangan jalan yang jika salah langkah akan menamatkan karier politiknya sekaligus membuat Partai Demokrat terpuruk. Dukungan tanpa syarat terhadap Istrael ternyata kini menjadi bumerang yang membuat dirinya dianggap memberikan andil terhadap tragedi kemanuisaan.

Masalah yang sedang dihadapi oleh Joe Biden memang bertumpuk tumpuk termasuk inflasi dan kenaikkan harga bahan bakar dan bahan pokok akibat kebijakannya mendukung dan menggelontorkan dana besar besaran ke Uraina.

Tidak hanya sampai disitu saja membludaknya pengungsi dari negara negara Amerika latin di perbatasan Amerika menjadi masalah besar bari perekonomian dan Hak Azasi Manusia. Belum lagi masalah tarik ulur kekuatan politik di parlemen yang membuat Joe Biden tidak lagi dapat seenaknya memuluskan programnya utamanya yang membutuhkan dana besar.

Harapan bahwa Joe Biden membawa kebangkitan Amerika setelah keterpurukan Amerika di bawah Trump ternyata hanya menjadi mimpi buruk bagi warga Amerika karena dengan segudang permasahan yang sedang dihadapi oleh Joe Biden termasuk skandal yang menimpa anaknya membuat warga Amerika mulai berpikir dan menyadari bahwa kebijakan Trump yang tadinya dianggap kontroversi ternyata lebih baik jika dibandingkan dengan kebijakan dan langkah politik yang diambil Joe Biden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun