Setelah melewati masa krisis ancaman nyata penutupan pemerintahan Amerika akibat perbedaan tajam rancangan undang undang pendanaan antara partai Republik dan Partai Demokrat, Joe Biden dapat sedikit bernafas.
Kongres akhirnya meloloskan RUU pendanaan walaupun untuk sementara hingga pertengahan bulan November saja. Artinya krisis keuangan pemerintah Amerika jauh dari usai.
Krisis Anggaran
Krisis keuangan ini terjadi karena sekelompok anggota Partai Republik berhaluan keras menolak mendukung rancangan undang-undang pendanaan dan menekan pemerintahan Joe Biden untuk melakukan pengetatan anggaran berupa pemotongan besar-besaran dan pembatasan anggaran di seluruh lembaga pemerintah.
Krisis anggaran ini tidak hanya menyangkut masalah anggaran saja namun berdampak pada ketua parlemen McCarthy yang menyeberang menyetujui pengesahan anggaran sementara ini sementara pihak Republik lainnya mentang.Â
Sontak saja keputusan McCarthy memicu benih pemakjulan dirinya sebagai ketua parlemen yang terpilih pada bulan januari lalu setelah melalui proses yang paling alot dalam sejarah Amerika.
Dampak dari pembelotan McCarthy rencana pendanaan sementara ini akhirnya dapat disyahkan yang mayoritas dikuasai oleh partai Demokrat untuk mencegah penutupan pemerintahan Joe Biden yang akan berdampak pada sebagian besar dari 4 juta pegawai pemerintah federal tidak mendapat gaji dan pemotongan anggaran berbagai layanan masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perang Uraina dan Rusia yang sampai saat ini masih berlangsung berdampak besar pada perkonomian Amerika akibat meningkatnya harga kebutuhan pokok dan bahan bakar yang memicu inflasi.
Disamping itu kebijakan Joe Biden yang menghamburkan bantuan uang besar-besaran kepada Ukraina dari uang pajak yang seharusnya digunakan untuk kepentingan warga Amerika mengundang kritik keras.
Karena, pada saat yang bersamaan Amerika mengalami kekurangan anggaran untuk mengatasi krisis pengungsi yang menumpuk di perbatasan dengam Meksiko dan kebutuhan dalam negeri lainnya.
Dampaknya Bagi Ukraina
Dengan adanya krisis anggaran di parlemen ini tampaknya Joe Biden yang dengan gencar menggalang bantuan besar besaran sekutunya sekaligus menjadi sponsor utama pendanaan perang Ukraina ini mulai menuai kritik.
Perang Ukraina dan Rusia telah memasuki bulan ke 20 namun tidak ada tanda tanda sedikitpun perang akan berakhir untuk kemenangan Ukraina.Â
Demikian juga politik isolasisme besar besaran untuk meruntuhkan perekomonian Rusia walaupun berdampak namun belum sampai pada tahap melemahkan perekonomian dan kekuatan militer Rusia.
Bahkan dampak dari isolasi ini hubungan Rusia dengan India, Tiongkok, Korea Utara, Iran dan negara negara Afrika semakin kokoh dan banyak negara yang enggan sekaligus mengabaikan ajakan Amerika untuk mengisolasi total Rusia.
Dukungan penuh Amerika pada Ukraina kini sudah mulai mendapat tantangan dari rakyat Amerika karena Joe Biden dianggap memberikan cek kosong pada Ukraina dan tidak jelas manfaatnya bagi Amerika.
Salah satu poin dari kesepakatan sementara ini di perlemen adalah berkurangnya secara drastis anggaran bantuan untuk Ukraina dalam perang melawan Rusia.Â
Dalam anggaran sementara yang berlaku hanya sekitar 40 hari ini anggaran pelatihan tentara Ukraina dan bantuan senjata sebesar $300 juta telah dihapus.Â
Artinya Ukraina kini kehilangan sumber pendanaan perang utamanya. Pada saat yang bersamaan kalaupun Joe Biden beruntung jumlah anggaran untuk mendukung Ukraina kemungkinan besar hanya akan disetujui 30% nya saja yaitu sekitar $6 milyar pada sesi parlemen berikutnya setelah masa anggaran sementara ini berakhir.
Pengurangan dukungan dana perang untuk Ukraina ini dapat saja menjadi game changer perang Rusia dan Ukraina ke depan karena pada saat yang bersamaan sekutu Amerika juga mulai mengurangi dukungan anggarannya ke Ukraina.Â
Bagi Ukraina sudah dapat dipastikan pemotongan anggaran ini akan berdampak negatif bagi ketahanan Ukraina dalam perang melawan Rusia karena selama ini memang sangat tergantung pada dukungan dana dari Amerika.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ke Washington dua minggu lalu secara terbuka mengatakan bahwa jika Ukraina tidak mendapat bantuan dana dari Amerika dan sekutunya maka Ukraina akan kalah perang.Â
Sikap Volodymyr Zelenskyy yang menjadi pengemis bantuan ini sudah mulai membuat Amerika dan sekutunya jengkel sekaligus mulai berpikir ulang terkait keuntungan apa yang akan didapat jika terus jor Joran mendukung Ukraina karena diprediksi perang akan berlangsung lama sementara dampak negatif perang ini bagi perekonomian dunia semakin nyata.
Bagi Rusia ketahanan bantuan keuangan dari Amerika dan sekutunya yang semakin melemah ini merupakan sinyal positif karena akan melemahkan Ukraina secara signifikan.Â
Sedangkan di lain pihak bagi negara Eropa, perang Ukraina dan Rusia bukanlah satu satunya masalah yang sedang mereka hadapi, karena negara negara di sekitar Uraina seperti Amenia juga sudah mulai bergejolak.Â
Tren meningkatnya benih benih perang di kawasan Eropa kini semakin nyata dan jika hal ini terjadi maka negara negara Eropa akan terdampak langsung tidak saja akibat membajirnya pengungsi namun juga akan berdampak langsung pada perekomonian mereka.
Rakyat Amerika dan juga anggota Parlemen dari Partai Republik tampaknya kini sudah mulai realistis terkait dengan prioritas pengguunaan anggaran yang tentunya akan lebih mementingkan anggaran untuk menyelesaikan masalah pengungsi di perbatasan Amerika dan Meksiko dibandingkan dengan perang Rusia dan Ukraina.
Saat Amerika dan sekutunya kembali pada kepentingan domestiknya inilah secara perlahan namun pasti Ukraina akan ditinggalkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H