Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tergerusnya Dunia Literasi Indonesia

30 Juni 2023   07:32 Diperbarui: 30 Juni 2023   15:40 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: graduateprogram.org  

Siapa yang tidak mengenal majalah ikonik  National Geographic, majalah berbingkai kuning yang sarat dengan ilmu.

Bagi kita yang pernah membaca majalah Ipteks ini tentunya mau tidak mau akan mengakui tingginya kualitas materi pemberitaan dan hasil penelitian yang disajikan oleh majalah ini.

Artikel artikel yang terkait dengan kepurbakalaan seolah menjadi corong  temuan baru yang membawa angan kita  layaknya seperti petualangan Indiana Jones.

Namun tampaknya perkembangan zaman yang sangat cepat dalam dunia teknologi informasi  membuat majalah ikonik yang sudah bersuia 100 tahun ini terdampak hebat karena harus memberhentikan penulis terakhirnya minggu ini.

PHK besar besaran yang terjadi di majalah National Geographic ini merupakan salah satu contoh bagaimana peruabahan dan agilitas diperlukan untuk bertahan agar dapat beradaptasi pada keinginan dan selera pembaca.

Sebelumnya Indonesia juga dihebohkan dengan tutupnya toko buku lagendaris Gunung Agung akibat tidak dapat bersaing dan beradaptasi pada perubahan zaman.

Saya masih ingat di jaman jaya jayanya toko buku ini  seolah menjadi sahabat  literasi karena menyediakan hampir semua jenis buku yang diinginkan dan diperlukan oleh pembacanya di era sekitar tahun 1980 an.

Pengunjung punya kebanggaan tersendiri kalau sudah dapat berkunjung di toko buku dan peralatan sekolah karena hampir semua yang diperlukan tersedia  dengan kualitas yang  sangat bagus.

Tumbangnya National Geographic dan Toko Gunung Agung hanya merupakan contoh yang menggambarkan betapa drastisnya revolusi   teknologi informasi, revolusi gaya dan selera konsumen akibat perkembangan jaman dan teknologi.

Saya masih ingat dulu ketika masih menjadi mahasiswa bagaimana setiap pagi berusaha bangun lebih pagi agar dapat menerima  paling awal  koran Kompas  untuk membaca berita berita favorit seperti misalnya opini, Panji Koming, Tajuk dllnya.

Demikian juga ketika malam hari pada jam tertentu menonton acara TV lagendaris untuk mengetahui perkembangan berita dunia, namun era tersebut kini telah lewat dan berubah dengan sangat drastis.

Bergesernya ekologi literasi seperti yang digambarkan di atas merupakan contoh bagaimana lingkungan berdampak besar pada kemamtuan literasi seseorang.

Membanjirnya pemberitaan, hasil penelitian, dan bentuk literasi lainnya di dunia maya yang dapat diperoleh dan diakses oleh pembaca secara gratis   berdampak besar pada nasib dan keberlangsungan penyedia berita dan hasil penelitian tradisional.

Dalam dunia ilmiah pun juga terjadi perubahan yang sangat luar biasa.  Jika dulu kita harus berlangganan jurnal ilmiah dengan harga yang sangat mahal untuk mengaksesnya, kini sudah sangat banyak jurnal online yang dapat diakses secara gratis.

Perubahan yang sangat drastis ini tentunya sedikit banyaknya akan berdampak pada dunia literasi dan sebagai konsekuensinya mengharuskan para praktisi media  untuk dapat berkreasi dengan kreativitasnya yang prima agar dapat  bertahan.

Saat ini sudah mulai jarang orang membaca koran, majalah dan buku dalam bentuk fisik karena adanya pergeseran ke arah digital.

Indonesia memang tercatat berbagai salah satu negara pengguna berbagai platform dan media digital terbanyak di dunia, namun pertanyaan yang paling mendasar mengapa tingkat kemampuan literasi bangsa Indonesia masih belum dapat bersaing dengan bangsa lainnya?

Berbagai keributan dan kehebohan  di dunia maya mencerminkan bahwa disamping digitalisasi memberikan dampak yang positif pada dunia literasi, namun sisi negatifnya juga ada.

Adanya berbagai kasus dan kehebohan di dunia maya ini menunjukkan bahwa teknologi informasi  belum dimanfaatkan secara optimal untuk memperbaiki kemampuan literasi bangsa . Bahkan ada sebagian orang yang tidak bertanggung jawab yang sengaja menyebarkan berita hoax untuk menghancurkan kemampuan literasi bangsa ini dan membuat bangsa ini menjadi bodoh.

Peningkatan kemapuan literasi bangsa ini tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah melalui pendidikan formal, namun juga merupakan tanggung jawab pribadi untuk menerapkan prinsip "belajar sepanjang hayat".

Perkembangan teknologi informasi seharusnya memberikan dampak positif  pada  kemampuan literasi bangsa kita. Jika revolusi  ini tidak diantisipasi dengan baik maka degradasi kemampuan literasi bangsa kita akan terus tergerus.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun