Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menjadikan Presiden Ukraina Sebagai Boneka di Pertemuan G7

21 Mei 2023   17:32 Diperbarui: 21 Mei 2023   17:55 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Volodymyr Zelenskyy dijadikan boneka politik di G7 Hiroshima. Photo: AP 

Sebelumnya saya meneruskan tulisan ini saya ingin membuat pernyataan bahwa saya anti perang karena bagi saya tidak ada yang menjadi pememang  sejati dalam perang, tapi hanya menimbulkan keperihan dan penderitaan rakyat semata.

Mengikuti perkembangan berbagai siaran langsung pertemuan G7 dalam beberapa hari ini yang sedang berlangsung di Hiroshima tampak sekali  bagaimana mudahnya dunia dikendalikan oleh segelintir negeri yang dapat setiap saat menentukan nilai dan norma kebenaran menurut versinya.

G7 pada intinya isinya Amerika, kanada, Japan, Unggris, Perancis,  Jerman and Itali, ditambah  Uni Eropa sebagai  "non-enumerated member".

Tampak jelas sekali Amerika dan sekutunya ingin menunjukkan kepada dunia bahwa apa yang dilakukannya di perang Ukraina dan Rusia sebagai pihak yang benar di berbagai forum dunia.

Menjadikan presiden Ukraina sebagai boneka di pertemuan G7 di Hiroshima. Photo: AP. 
Menjadikan presiden Ukraina sebagai boneka di pertemuan G7 di Hiroshima. Photo: AP. 

Padahal di balik "kebaikan" yang dipertontonkan oleh Amerika dan sekutunya tampak jelas  motif politiknya yang sangat kental  untuk menahan dominasi Rusia dan kesempatan menguasai masa depan Ukrainia yang kaya akan sumberdaya alam.

Kembali pada petemuan G7 tampak jelas sekali Amerika dan sekutunya memperlakukan seolah sebagai "tamu istimewa" dengan cara menyediakan pesawat khusus dari Perancis dan  sepanjang perjalanannya dikawal oleh pesawat temput NATO.

Volodymyr Zelenskyy transit di Jeddah dalam perjalanan ke Hiroshima menggunakan pesawat Perancis. Photo: Saudi Press Agency via AP 
Volodymyr Zelenskyy transit di Jeddah dalam perjalanan ke Hiroshima menggunakan pesawat Perancis. Photo: Saudi Press Agency via AP 

Di pertemuan G7 Volodymyr Zelenskyy dipajang  bak boneka pajangan dalam setiap sesi pertemuan hanya untuk menunjukan pada dunia apa yang dilakukan oleh Amerika dan sekutunya itu merupakan suatu kebenaran.

Dalam salah satu acara Volodymyr Zelenskyy diajak mengunjungi monumen  korban Bom Atom dan disiarkan secara langsung dengan label bahwa dirinya  memberikan penghormatan pada korban perang.

Perdana Menteri Jepang  Fumio Kishida dan Volodymyr Zelenskyy meletakkkan karangan bunga di e Hiroshima Peace Memorial Park's tanggal  21 Mei 2023. Photo: Mizuho Miyazaki
Perdana Menteri Jepang  Fumio Kishida dan Volodymyr Zelenskyy meletakkkan karangan bunga di e Hiroshima Peace Memorial Park's tanggal  21 Mei 2023. Photo: Mizuho Miyazaki

Dalam banyak hal tampak sekali kecerdikan Jepang dalam memetaformose dirinya untuk meninggalkan Asia dan menjadikan Jepang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Amerika dan Sekutunya.

Jepang ingin  dunia melupakan masa lalunya yang bengis  yang   menjajah Tiongkok, Korea Selatan Indonesia dll nya yang menimbulkan kesedihan dan penderitaan yang tidak ada taranya yang berbekas sampai saat ini.

Tidak terhitung berapa banyak  wanita wanita di negara jajahan Jepang yang seperti binatang dijadikan pemuas hawa nafsu prajurit Jepang.

Membawa Volodymyr Zelenskyy ke monumen bom Atom Hiroshima merupakan salah satu cara Jepang mengubah imej dunia bahwa Jepang adalah korban dari Bom Atom di Perang Dunia kedua,  padahal pada kenyataanya Jepang adalah pelaku utama Perang Dunia II.

Arah politik Jepang yang meninggalkan akar rumputnya Asia dan lebih memilih Amerika dan sekutunya memang sangat dapat dimengerti, karena di kelompok inilah Jpeang merasa lebih nyaman  dan aman tanpa diungkap lagi  kejahatan masa lalunya.

Ada suatu kebanggaan tersendiri ketika Indonesia menjadi Chair dari G20 dimana desakan untuk mengundang Volodymyr Zelenskyy datang bertubi tubi untuk tidak mengundang  Rusia dan mengundang presiden Ukraina, namun dengan diplomasinya yang cerdik Indonesia berhasil membendung dan menggagalkan ajang  G20 di Indonesia sebagai ajang permainan  politik Amerika dan sekutunya.

Di tengah tengah gencarnya Amerika dan Uni Eropa untuk mengucilkan dan melemahkan perekonomian Rusia ternyata Rusia yang dibayangkan akan hancur dengan dikeroyok seperti ini ternyata tidak terjadi.

Walaupun terdampak sangsi, Rusia masih dapat bertahan dan perang masih berlanjut.

Jika dulu untuk menghadapi Uni Soviet Amerika hanya perlu melawannya sendiri, kini untuk melawan Rusia Amerika perlu bersekutu dengan  banyak negara.

Upaya Amerika mengembalikan reputasinya yang porak poranda di Timur Tengah untuk kembali mendikte  dan menjadi polisi dunia sesuai dengan kemauan dan kepentingannya ternyata tidak dapat dilakukan dengan mudah.

Perang dagang yang dikobarkannya dengan Tiongkok juga tidak menunjukkan hal yang menggembirakan karena ternyata pengaruh politik dan ekonomi Tiongkok semakin  melebar  mengisi kekosongan yang selama ini ditinggal oleh Amerika.

Tidak tunduknya Tiongkok pada keinginan Amerika dan sekutunya untuk memberikan sangsi kepada Rusia dalam perang Ukraina Rusia menunjukkan adanya kekuatan baru yang tentunya akan membuat keseimbangan geopolitik baru.

Pada hakekatnya dalam perang Rusia Ukraina rakyat Ukraina lah yang menjadi korban ambisi politik Volodymyr Zelenskyy yang sudah terlanjur termakan janji janji  manis Amerika dan Uni Eropa.

Lebih dari separuh penduduknya telah mengungsi ke negara lain dan penduduk yang tinggal kini hidup dalam ketakutan perang dan kerusakan infrastruktur yang berpengaruh pada penurunan kualitas hidup mereka.

Tawaran jalan damai perang Ukraina Rusia yang ditawarkan oleh Tiongkok ditolak mentah mentah oleh Amerika dan sekutunya yang mencerminkan siapa sebenarnya yang berperang  dan berkepentingan di konflik ini.

Jika dulu berita perang didominasi oleh negara negara di Timur Tengah yang jauh dari Amerika dan Eropa, kini perang Rusia dan Ukraina terjadi di halaman belakang  mereka dan jika tidak segera dicarikan solusinya maka akan merembet ke wilayah lainnya di Eropa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun