Biaya hidup sebesar ini kini sudah tidak relevan lagi karena dengan biaya hidup sebesar ini utamanya di kota besar akan sulit bagi mahasiswa untuk hidup secara normal.
Krisis biaya akomodasi ini juga menimbulkan eksploitasi agen agen pengelola mahasiswa internasional ini utamanya di kota kota besar karena mereka dipaksa untuk tinggal di perumahan yang mahal dan juga kurang nyaman.
Sebagai gambaran biaya akomodasi untuk apartemen satu kamar tidur di kota besar yang ditawarkan umumnya berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 6 juta lebih per minggu.
Kita tentunya dapat membayangkan jika dalam memutuskan untuk sekolah di Australia biaya hidup dan akomodasi tidak dipertimbangkan tentunya dapat membuat stress utamanya bagi mahasiswa yang studi atas biaya pribadi dan juga tentunya orang tua.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perang dagang dan ketidak harmonisan hubungan antara Tiongkok dan Australia dan pandemi menghantam perekonomian Australia.
Di samping itu perang Rusia dan Ukraina juga turut berperan dalam meningkatkan biata hidup, biaya akomodasi dan biaya lainnya daam kurung waktu 3 tahun terakhir ini.
Ketegangan antara Tiongkok dan Australia memang menimbulkan dampak yang luar biasa pada mahasiswa dari Tiongkok, karena sebelumnya memang jumlah mahasiswa internasional terbanyak di Australia berasal dari Tiongkok dan umumnya studi atas biaya sendiri.
Bagi Australia mahasiswa internasional merupakan salah satu tulang punggung pendapatan yang menudukung perekonomian Australia.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh University Australia, pada tahun 2022 mahasiswa internasional menyumbang sebesar Rp 287 triliun lebih dan jumlah ini tentunya tidaklah sedikit dan sangat siknifikan mendukung perekonomian Australia.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!