Sorotan ulah para wisman yang tidak layak akhir akhir ini memang tertuju pada wisman Rusia mengingat  jumlah wisman yang melanggar hukum seperti misalnya  bekerja secara illegal maupun yang dideportasi didominasi  wisman Rusia.
Pembukaan kembali Bali pasca pandemi  menimbulkan fenomena baru yang sebelumnya belum pernah terjadi.
Adanya lonjakan yang sangat  tajam jumlah wisman yang berasal dari Rusia dan Ukrainia yang kini sedang berperang menimbulkan fenomena baru.
Data dari imigrasi menunjukkan bahwa hanya dalam kurun waktu  lima bulan terakhir saja  yaitu hingga Januari tahun 2023 ada sebanyak hampir 80.000 wisman  Rusia dan 9.000 wisman asal Ukraina tiba di Bali.
Dengan jumlah sebesar ini maka wisman asal Rusia menempati urutan kedua sebagai jumlah wisman yang terbanyak masuk Bali setelah Australia.
Melonjaknya wisman asal Rusia ini memang cukup mengagetkan karena sebelum tahun 2020 menurut catatan imigrasi jumlah wisman Rusia tidak masuk ke dalam kelompok 5 besar negara pengunjung Bali.
Diduga melonjaknnya jumlah wisman asal Rusia dan Ukraina in terkait erat dengan perang yang sedang terjadi dan warganya berbondong bondong melarikan diri dari  kewajiban sebagai tentara cadangan untuk dikerahkan dalam perang.
Sebenarnya ulah wisman Rusia ini bukanlah sesuatu yang baru, namun juga dilakukan oleh wisman dari negara lain. Â Namun karena fokus pemberitaan saat ini tertuju pada ulah wisman Rusia maka kelakuan wisman Rusia seperti melakukan tindakan kriminal, mabok dan telanjang ditempat umum menjadi seolah olah ciri khas wisman asal Rusia.
Salah satu ulah dan tindakan wisman yang dianggap melanggar hukum adalah menggunakan visa wisman untuk bekerja selama berada di Bali.
Sebagai contoh pihak imigrasi juga telah mendeportasi seorang wisman asal Ukraina karena bekerja secara illegal sebagai fotografer
Peningkatan ulah para wisman  yang tidak pantas akhir akhir ini memang telah menimbulkan dinamika tersendiri baik bagi penduduk maupun pemerintah setempat karena sudah sampai pada level meresahkan.