Rusia telah memutuskan untuk menyimpan semua pendapatan surplus minyak dan gasnya pada tahun 2023 dalam Yuan karena Rusia kini beralih ke mata uang Tiongkok untuk cadangan devisanya.
Nilai dollar 10% lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai sebelum terjadinya perang Rusia-Ukraina.
Keputusan beberapa negara menjauh dari dolar Amerika memang dapat dimengerti karena negara-negara yang membeli bahan bakar, makanan, dan komoditas penting lainnya harus membayarnya dalam dollar.
Kini tren negara negara meninggalkan dollar Amerika semakin meningkat. Sebagai contoh Uni Emirat Arab (UEA) dan India berusaha menyelesaikan kesepakatan untuk menggunakan mata uang mereka dirham dan rupee dalam perdagangan.
Hal yang sama terjadi di kawasan Asia Tenggara yang sedang menyusun rencana aplikasi seluler dapat digunakan untuk berdagang di antara kawasan ini dalam mata uang lokal tanpa harus bergantung pada dolar sebagai perantara.
Langkah negara negara ini untuk mengurangi ketergantungannya terhadap dollar Amerika diperkirakan belum dapat melengserkan dollar Amerika sebagai mata uang utama dunia.
Hal ini tidak terlepas pada kepercayaan global terhadap dollar Amerika sebagai aset safe haven para investor utamanya di saat dunia mengalami krisis ekonomi yang tercermin dari meningkatnya permintaan dollar Amerika pada saat terjadinya krisis.
Gerakan meninggalkan dollar ini memang tidak serta merta mengurangi pengaruh dollar terhadap perekonomian dunia secara drastis, namun secara bertahap diperkirakan akan lebih banyak negara di dunia melakukan transaksi dengan mata uang lain selain dollar untuk mengurangi ketergantungannya.
Ke depan diperkirakan paling tidak terjadi titik equilibrium baru dalam ekonomi dan perdagangan dimana dollar Amerika tidak seperkasa seperti sebelumnya.
Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H