Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Taliban Melarang Wanita Menempuh Pendidikan di Universitas, Resep Menuju Lost Generation

21 Desember 2022   08:50 Diperbarui: 22 Desember 2022   08:00 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wanita Afghanistan dilarang menempuh pendidikan di Universitas. Photo:  Wakil Kohsar/AFP/Getty Image 

Baru saja pemerintah Taliban melalui Menteri Pendidikan mengumumkan pelarangan  wanita   menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi di seluruh Afghanistan.

Tanda tanda kebijakan yang mengarah pada pelarangan wanita menempuh pendidikan di universitas ini sudah mulai tampak sebelumnya.

Setelah Taliban mengambil alih pemerintahan berbagai aturan diterapkan seperti   misalnya memisahkan kelas bagi pria dan wanita mulai dari pintu masuk sampai dengan di kelas. Disamping itu wanita hanya boleh diajar oleh dosen  wanita atau professor  laki laki yang sudah tua.

Sebagian besar anak dan remaja perempuan Afghanistan sudah dilarang untuk menempuh pendidikan di sekolah lanjutan tingkat pertama dan tingkat atas dan  juga sudah dilakukan pembatasan yang sangat ketat bagi wanita yang ingin menempuh pendidikannya di universitas.

Sontak saja kebijakan ini menghebohkan dunia karena mendapatkan pendidikan merupakan salah satu Sustainable Development Goal (SDG) yang dicanangkan PBB sebagai pengejawantahan hak asasi manusia.

Pelarangan ini tidak hanya menghebohkan saja namun juga menimbulkan protes dari berbagai negara.

Dari sisi politik banyak negara dan organisasi internasional termasuk PBB menilai bahwa pelarangan ini merupakan pelanggaran janji awal ketika pihak Taliban mengambil alih pemerintahan di Afghanistan pasca pasukan Amerika hengkang dari negeri ini. Ketika itu dalam jumpa press pemerintah Taliban menyatakan akan memperbolehkan wanita menempuh pendidikan.

Dalam pertemuan di Dewan Keamanan PBB didiskusikan keputusan  Taliban ini dan  sebagian anggotanya seperti Amerika dan Inggris menilai bahwa pemerintah  Taliban tidak dapat menjadi komunitas internasional karena melanggar janji untuk melindungi hak warga Afghanistan.

Penutupan pintu sekolah dan universitas bagi perempuan dan wanita Afghanistan dapat dinilai sebagai pengabaian komunitas internasional.

Kondisi di Afghanistan memang semakin tidak menentu pasca Taliban memegang pemerintahan karena lebih dari setegah penduduknya mengalami kelaparan akibat sangsi negara barat.  Disamping itu dana Afghanistan yang berada di berbagai negara yang jumlahnya diperkirakan mencapai  lebih dari US10 milyar masih dibekukan.

Keputusan pemerintah Taliban untuk melarang wanita menempuh pendidikan ini merupakan titik awal menuju era  lost generation mengingat peran wanita sangat sentral di dalam keluarga untuk mendidik dan membesarkan anak anaknya.

Kita tentunya dapat membayangkan bagaimana jadinya seorang anak dibesarkan oleh seorang ibu yang tidak memiliki pendidikan. Siklus ini tentunya akan berulang ketika anak perempuannya besar dan tidak diperbolehkan menempuh pendidikan.

Terlepas dari faham yang dianut oleh Taliban,  harus disadari menempuh pendidikan merupakan hak seseorang termasuk wanita.

Pendidikan merupakan kunci untuk membuka pintu dunia yang sangat dinamis untuk keluar jari jeratan jaring kemiskinan.  Tanpa adanya pendidikan maka seseorang akan hidup dalam kungkungan pemikiran yang membuat pengetahuan dan pandangannya menjadi sangat sempit dan akan terperosok dalam jurang kemiskinan.

Pendidikan merupakan hak asasi manusia yang berfungsi untuk mengangkat laki-laki dan perempuan keluar dari kemiskinan, meratakan ketidaksetaraan dan memastikan pembangunan berkelanjutan. (SDG).

Namun pada kenyataannya menurt UNESCO saat ini terdapat 244 juta anak dan remaja yang  masih tidak memliki kesempatan menempuh pendidikan  karena alasan sosial, ekonomi dan budaya.

Perlu disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu alat yang paling ampuh dalam mengangkat anak-anak dan orang dewasa dari kemiskinan sekaligus merupakan batu loncatan menggapai  hak asasi manusia lainnya.

Jadi tidak heran jika UNESCO menyatakan bahwa pendidikan merupakan investasi yang paling berkelanjutan.

Hak atas pendidikan yang berkualitas sudah tercantum  Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan instrumen hukum internasional.

Berbagai masalah politik, ekonomi, pendidikan  dan sosial yang kini dihadapi oleh rakyat Afghanistan membuat masa depan mereka semakin tidak menentu.

Ke depan pengucilan Afghanistan dari komunitas  internasional akan terus terjadi dan membuat negara ini semakin terperangkap dalam kegelapan.

Pelarangan wanita untuk menempuh pendidikan merupakan resep yang akan membawa Afghanistan menuju era lost generation.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun