Oleh sebab itu teknologi SAOT ini juga memerlukan bola khusus yang memiliki sensor akselerometer dan giroskop untuk mengukur saat yang tepat saat bola ditendang.
Dengan kecanggihan cara kerja teknologi ini SAOT memiliki akurasi yang sangat tinggi dan lebih akurat jika dibandingkan dengan menggunakan mata telanjang.
Sampai saat ini SAOT telah menunjukkan reputasi dan kecanggihannya dalam piala Dunia Qatar yang  telah memuaskan milyaran penonton di seluruh dunia. Ke depan  penggunaan teknologi kecerdasan buatan ini diperkirkaan akan semakin meluas dalam dunia olah raga.
Terlepas dari akurasi yang diperlihatkan teknologi ini dalam menentukan gol sah atau tidak ataupun seorang pemain  pada posisi offside atau tidak teknologi kecerdasan buatan juga digunakan dalam menganalisa kekuatan dan memperediksi kemenangan
Namun tetap saja dalam dunia sepak bola dikenal istilah "bola itu bundar" karena melibatkan pemain  yang memiliki emosi yang belum dapat dijangkau oleh teknologi dalam menganalisisnya.
Oleh sebab itu itu tidak heran jika sebelumnya dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan diprediksi Maroko akan menjadi tim yang terbawah, Brasil disingkirkan oleh Kroasia di perempat final, Inggris akan menjuarai piala dunia, tetap saja prediksinya salah.
Perkembangan teknologi memang sangat membantu dan menajanjikan namun tetap saja akhirnya manusialah yang menentukannya karena kecerdasan buatan belum dapat menyamai kecerdasan alami sesungguhnya yang diciptakan oleh Allah SWT.
Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H