Fenomena ini bisa dibaca sebagai perubahan sikap sebagian warga Iran yang menganggap produk revolusi Iran tahun 1979 sudah tidak relevan lagi dan memerlukan perubahan kembali. Namun sayangnya pemerintah Iran saat ini tidak melihat fenomena tersebut dengan lebih jernih.
Pemerintah menganggap bahwa produk revolusi Iran harus ditegakkan dan lebih menganggap bahwa gerakan protes ini merupakan ulah intelejen negara Barat yang bertujuan untuk menggoyang pemeritah Iran.
Perbedaan dua kutub ini jika tidak dapat bertemu akan memicu gelombang protes yang lebih besar lagi sekaligus memaksa pemerintah untuk melakukan tindakan represif.
Oleh sebab itu kekhawatian akan terjadinya revolusi kedua Iran dapat saja menjadi kenyataan karena Iran merupakan salah satu negara yang masih belum terpengaruh oleh gelombang Arab Spring yang melanda kawasan Timur Tengah yang mengubah total tatanan politik dan sosial di kawasan ini.
Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H