Dalam situasi seperti ini pemerintah Iran seharusnya menyadari bahwa revolusi Iran yang terjadi pada tahun 1979 lalu yang membuahkan berbagai aturan yang sangat ketat yang mengatur sendi sendi kehidupan warga Iran kini mendapat tantangan dari warganya sendiri utamanya gerasi muda.
Dalam era keterbukaan global ini tentunya tidak ada satu negara pun di dunia yang dapat menutup total informasi terkait di luar negeri nya.
Demokrasi dan kekebasan merupakan dua tema yang diusung oleh para demontran merupakan dua wilayah yang tentunya bertentangan dengan marwah revolusi Iran.
Selama ini tindakan represif pemerintah terhadap setiap gerakan sosial yang politik selalu berhasil ditumpas oleh pemerintah. Namun kali ini gelombang protes sudah terlalu besar untuk ditumpas.
Gelombang protes ini jika tidak terkendali dapat saja menjadi pemicu revolusi kedua Iran akibat masyarakat mengalami kesuliatn ekonomi dan kekangan hal politik dan kekebasan berpendapatnya.
Pemicu Revolusi Iran di tahun 1979 sangat berbeda dengan gelombang protes yang terjadi saat ini.
Di tahun 1979 kehidupan mewah Shah Iran dan mengasingkan tokoh tokoh agama menjadi pemicunya. Disamping itu gelombang anti Amerika yang mendukung pemerintah Iran saat itu semakin membesar.
Oleh sebab itu tidak heran jika kembalinya Ayatollah Khomeini dianggap sebagai simbul revolusi Iran untuk menumbangkan rezim monarki.
Kini gelombang protes tersebar yang terjadi di Iran sejak revolusi tahun 1979 mengusung tema yang sangat berbeda.
Tema yang diusung adalah tema universal yang menyangkut hajat hidup orang banyak yaitu masalah kesulitan ekonomi, kebebasan mengatur diri sendiri serta kebebasan berpendapat.
Ancaman yang dilakukan pemerintah untuk menindak tegas para demonstran ternyata mempan untuk menakut-nakuti para demonstran.