Tidak pelak lagi peristiwa ini merupakan peristiwa terbesar sejak terjadinya revolusi Iran.
Sebagai dampak dari gelombang protes ini, disebutkan bahwa untuk pertama kalinya kantor Polisi Penegak Moral yang bertugas menegakkan aturan berpakaian warga Iran ditempat umum ditutup dan aktivitasnya dikurangi oleh pemerintah.
Polisi Penegak Moral yang kenal sebagai "Gasht-e Ershad" ini dibentuk lebih dari 15 tahun lalu ketika Iran di bawah pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad.
Polisi Penegak Moral ini biasanya berpatroli di jalan dan taman-taman untuk mencari warga yang melanggar aturan berpakaian seperti berpakaian longgar dan menutup kepala.
Jika dianggap melanggar maka pelanggar dapat diberikan peringatan keras atau ditahan untuk selanjutnya "dididik" agar dapat berpakaian sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Sejak kematian Amini dan gelombang protes yang melanda Iran, Jumlah polisi penegak moral ini mulai menurun jumlahnya dan jumlah wanita yang keluar rumah tanpa kerudung yang dianggap bertentangan dengan hukum semakin meningkat.
Bagi para demonstran penutupan kantor Polisi Penegak Moral ini lebih dianggap sebagai salah satu langkah pemerintah untuk meredam gelombang protes.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya kematian Amini hanya merupakan pintu masuk gerakan gelombang protes sebagai luapan rasa frustasi utamanya generasi muda Iran.
Impitan ekonomi akibat sanksi Barat sangat berpengaruh pada kualitas hidup, lapangan pekerjaan, dan perekonomian Iran secara umum.
Disamping itu kebebasan berpendapat yang sangat dibatasi merupakan masalah tersendiri bagi generasi muda Iran.
Di lain pihak pemerintah Iran lebih menganggap bahwa gelombang protes ini merupakan aksi yang didalangi Amerika, Israel, Uni Eropa, dan Arab Saudi dalam upaya menggoyang stabilitas pemerintahan revolusi Iran.