Bahkan entah darimana datangnya, muncul ide liar berupa permintaan agar militer ikut campur melakukan intervensi hasil pemilu ini dengan cara meminta militer tetap mendukung dan mempertahankan kursi kepimpinan Bolsonaro.
Sampai saat ini untungnya pihak militer Brasil tidak merespon permintaan ini dan tetap menjaga netralitasnya dengan cara tidak berpihak kepada salah satu kontestan pemilihan presiden ini.
Brasil memang pernah mengalami perintahan militer diktator yang sangat brutal di era tahun 1964 sampai dengan 1985 lalu, sehingga kekhawatiran bahwa militer akan bergerak dan mengambil alih pemerintahan yang demokratis tentunya masih ada.
Setelah bungkam selama lebih dari 48 jam akhirnya Bolsonaro keluar dari sarangnya dan menyampaikan pada pendukungnya bahwa dirinya menghargai hukum dan peraturan yang berlaku. Namun dirinya tetap belum mau memberikan selamat kepada lawannya.
Munculnya pernyataan Bolsonaro ini tidak lepas dari hasil pertemuannya dengan pihak Mahkamah Agung Brasil Luiz Edson Fachin yang menyampaikan bahwa Bolsonaro telah menyatakan bahwa pemilu telah usai dan mengajak semuanya untuk melihat ke depan.
Pernyataan ini walaupun tidak secara eksplisit mengakui kekalahannya, namun sudah cukup menjadi berita hangat di kalangan media dalam negeri dan internasional sebagai pernyataan Bolsonaro menerima hasil pemilu.
Dalam pernyataan yang sangat singkat di istana presiden Bolsonaro menyatakan "sebagai presiden dan warga negara saya taat pada perintah undang-undang."
Setelah keluarnya pernyataan singkat ini, kepala staf kepresidengan menyatakan bahwa dirinya diberikan otoritas oleh Bolsonaro untuk mempersiapkan transisi kepemimpinan yang akan berlangsung pada tanggal 1 Januari mendatang ketika presiden terpilih akan disumpah.
Pemenang pemilu Brasil Luiz Inacio Lula da Silva bukanlah orang baru karena di era tahun 2003-2010 Lula pernah menjabat sebagai Presiden Brasil.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!