Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pertanian Terapung Penyelamat Rakyat Bangladesh

23 Oktober 2022   20:52 Diperbarui: 23 Oktober 2022   21:21 1554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
6.000 petani kini menerapkan pertanian terapung di Bangladesh. Photo: Haseeb Irfanullah 

Peningkatan ini tentunya tidak terlepas dari iklim Bangladesh yang semakin tidak menentu yang membuat permukaan air  laut meningkat dan datangnya musim hujan semakin tidak menentu.

Berdasarkan Indkes Resiko Iklim Global tahun 2021 yang dikeluarkan Germanwatch,  Bangladesh yang merupakan negara kawasan delta terbesar di dunia ini menempati peringkat ke tujuh sebagai negara yang paling terdampak perubahan lingkungan global.

Dalam situasi perubahan iklim global yang semakin memburuk ini bedasarlan laporan Asia Development Bank tahun 2021, Bangladesh tercatat sebagai negara  yang rawan banjir bandang dan sungainya mengalami erosi yang parah.

Sekitar 25% penduduk Bangladesh yang berjumlah 165 juta jiwa menempati wilayah pesisir yang setiap tahunnya terancam peningkatan permukaan air laut akibat perubahan  iklim global.

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Dana Moneter Internasional tahun 2019 lalu, naiknya permukaan air laut yang sangat agresif ini membuat negara ini kehilangan wilayah daratannya sekitar 17% sekaligus kehilangan produksi pangannya pada tahun 2050 mendatang.


Betapapun beratnya berkerja  dan bercocok tanam dengan menggunakan sistem pertanian terapung ini, namun betani Bangladesh tidak memiliki pilihan lain untuk bertahan hidup di tengah tengah perekonomian Bangladesh dan perubahan iklim global yang semakin memburuk ini.

Rujukan : Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan, Sembilan, Sepuluh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun